Kamis, 11 Juni 2009

Akibat menunggu terlalu lama


Suatu sore aku janjian dengan temanku di salah satu gerai pizza yang terkenal. Ketika aku sampai disana temanku belum kelihatan. Aku duduk dan pesan minuman. Menit demi menit berlalu, tapi temanku belum juga nongol. Setelah agak lama menunggu, masuklah seorang lelaki, tidak muda tapi belum juga tua, mungkin late thirties lah. Dia duduk dekat mejaku dan matanya terus memandangiku. Mungkin dia terpesona melihat seorang perempuan seksi, duduk sendiri, seakan mengundang dia untuk mendekatinya.

Dia memesan pizza dan minuman. Aku terus saja melihat jam yang ada di hp ku. Akhirnya kuputuskan untuk meng-call temanku itu, tapi jawabannya: nomor yang dituju sedang tidak aktif atau diluar jangkauan. Ketika aku memutuskan untuk meninggalkan gerai tersebut, lelaki tadi tersenyum dan bangkit mendekatiku. Ganteng juga orangnya, tubuhnya atletis, tipeku banget.

“Lagi nunggu temen atau temin”, sapanya.

“Kok temin”, jawabku.

“Iya, temen kalo nunggu lelaki, kalo nunggu perempuan kan jadi temin”, katanya lagi sambil tertawa,

“Boleh aku temani”.

“Silahkan saja”, jawabku.

Karena pesanannya belum keluar, dia langsung duduk di mejaku,

“Gak pesen piza, kok cuma minuman aja”.

“Kan nunggu temin, jadi belum pesen pizanya”.

“O nunggu temin toh, kirain nunggu temen. Ya udah pesan aja”, katanya sambil memanggil waitress untuk memesan piza untukku.

Aku memesan piza kesukaanku.

“Gak pake lama ya mbak”, katanya kepada si waitress.

Dia memperkenalkan diri,

“Namaku Arko”.

“Aku Ines”, jawabku.

Kami lalu ngobrol ngalor ngidul. Ketika pesanannya datang, tak lama sesudahnya pesananku juga datang. Kami menyantap piza masing-masing sambil terus ngobrol. Selesai makan,

“Nes, kamu ada acara gak”, tanyanya.

“Enggak ada kok mas, kenapa”, jawabku.

Aku memanggil dia mas karena ketika kupanggil pak, dia minta dipanggil mas aja, kan belum tua , alasannya.

“Nemenin aku belanja bulanan yuk, kalo kamu perlu apa-apa sekalian aja belanjanya”, ajaknya.

Aku mengiyakan ajakannya. Dia membayar makanan dan minuman termasuk yang kuminum dan kumakan, kemudian kami meninggalkan gerai menuju ke mobilnya, Neo Baleno yang paling anyar.

“Mobil baru nih mas, punya mas ya”, kataku setelah duduk disampingnya.

Mobil meluncur menembus kemacetan menuju ke supermarket yang katanya deket tempat tinggalnya.

“Enggak, fasilitas kantor”, jawabnya.

“Kalo udah gak kerja dikantor itu, mesti dikembalikan ya”, kataku lagi.

“Ya iya lah yao”.

“Pantes dapetnya Baleno”.

“Emangnya kenapa”.

“Kan kalo kata orang Jawa baleno artinya kembalikan”.

“Bisa aja kamu”, katanya sambil tertawa,

“Itu mah balek no, inikan baleno”.

“Namanya juga diplesetin mas”.

Di supermarket, aku membantu dia untuk membeli keperluan sehari-hari. Aku tidak membeli apa-apa, karena memang belum butuh.

“Kok belanja sendiri sih mas, emangnya istrinya kemana”, tanyaku.

“Aku dah cerai Nes, belum punya anak sih”.

Mobil meluncur lagi dan kali ini masuk ke apartment yang cukup ternama.

“Mas tinggal disini, fasilitas juga mas”, tanyaku.

“Iya”, jawabnya.

“Mas enak ya, banyak dapet fasilitas, coba fasilitasnya dibagi sama Ines”.

“Kenapa kamu mau tinggal di apartmentku, boleh aja kalo mau”, katanya sambil senyum menggoda.

Mobil masuk ke basement. Aku membantu dia membawa belanjaan yang cukup banyak. Kami menuju ke lift, dia memijit lantai 17 dan lift pun meluncur keatas.

Apartmentnya ya seperti apartment yang lain, 2 kamar tidur dengan kamar mandi diantaranya, ruang tamu yang luas, bersebelahan dengan ruang makan. Terus ada dapur dan open space, tempat dia menaruh mesin cuci dan jemuran pakaian. Dia segera unload belanjaannya, diletakkan dimeja makan. Aku membantunya memasukkan belanjaan makanan ke lemari es, sedang dia membereskan belanjaan rinso, cairan pel dan sejenisnya di lemari yang lain. Dia sudah selesai tetapi aku belum karena belanjaan makanan jauh lebih banyak.

Dia berdiri dibelakangku dan memelukku tiba-tiba, langsung dia mencium kudukku. Aku menggelinjang jadinya, “maas’, lenguhku. Segera tangannya menyambar toketku dan meremasnya pelan. Aku makin menggelinjang karena ulahnya.

“Mas, kok langsung ngeremes sih”.

“Aku sejak makan piza sudah napsu melihat penampilan kamu Nes”.

Memang sih, ketika itu aku pake tanktop ketat dan jeans yang ketat juga, sehingga lekak liku bodiku mengundang tangan lelaki untuk menjamah dan meremas.

“Aku pengen deh Nes”, katanya lagi sambil tetap menciumi kudukku dan meremas-remas toketku dari luar tanktopku.

“Pengen apaan mas”, kataku sambil makin menggelinjang.

“Pengen dapet kepuasan dari kamu. Kamu mau gak muasain aku Nes. Kamu boleh kalo kamu mau tinggal bareng aku disini”.

Napsuku mulai bangkit. Aku membalikkan badan dan dia segera memelukku. Dia langsung melancarkan ciumanan ganasnya, lidahnya menyelusup masuk kemulutku, dan aku membalasnya dengan sangat antusias. Kemudian masih dalam keadaan berdiri dia membuka tanktop dan celana jeansku, hingga aku hanya memakai bra dan CD yang berwarna hitam. Kemudian ia juga memintaku untuk membuka baju dan celana panjangnya. Dengan segala senang hati kulakukan permintaannya.

Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian aku diajaknya ke kamar tidurnya dan direbahkan diatas ranjang yang berukuran double size. Dia mulai melumat bibirku dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhku. Kemudian ketika dia mencium CDku, di bagian nonokku yang sudah basah, aku menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan. Setelah dia puas menciumi seluruh tubuhku, kemudian dibukanya bra dan CDku. Dia juga melepaskan pakaian dalamnya, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.

“Nes, toket kamu besar dan kenceng ya. Pentilnya besar lagi. Udah sering diemut dan diremes ya Nes”.

“Ya begitulah, cowok kalo dah diranjang kan bawaannya mau netek melulu. Mas juga mau netek kan”.

Dengan sangat bernafsu dilumatnya pentilku yang berwarna coklat kemerah-merahan. Dia juga meraba dan mengusap jembutku yang sangat lebat. Dia semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhku. Kemudian dia memasukkan dua jari tangannya ke dalam nonokku yang sudah basah, sedangkan lidahnya sibuk menjilati pentilku. Aku semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasku mulai berat. Kemudian dibukanya kedua pahaku lebar-lebar agar dia dapat dengan leluasa memainkan lidahnya ke dalam nonokku. Dia menjilati dan memainkan itilku dengan penuh gairah. Aku menggelinjang dan merintih saking nikmatnya, tapi dia tidak menuntaskan permainannya. Sekarang giliran aku yang mengambil alih aktivitas. Aku merebahkannya dan duduk diatasnya. Bibirnya kukecup ringan beberapa kali, dia memelukku dan mengulum bibirku dengan penuh napsu, tetapi sebelum menjadi panas, ciuman kuhentikan. Aku mencium lembut dahinya, dia terpejam menikmati ciumanku. Beberapa kali kuberikan kecupan mesra didahinya, kemudian ciumanku turun perlahan kebelakang telinganya.

Kugelitik daun telinganya dengan lidahku sambil kuhembuskan napasku. Sekarang ganti dia yang menggelinjang kegelian. Dari telinga, ciumanku menurun ke pangkal lehernya, kepalaku menyusup ke lehernya supaya lidahku bisa menjelajahi sedikit bagian kuduknya. Gelinjangnya makin menjadi,

“Nees”.

Sambil kukecup, tanganku pun ikut mengelus dan memijat ringan daerah kuduknya.

“Nes, aku udah napsu banget, dimasukin dong”.

“Apanya mas”.

“Kontolku udah pengen ngilik nonok kamu, Nes”, lenguhnya menikmati jilatan, usapan dan pijitan ringan di kuduknya.

Aku gak perduli sama lenguhannya. Aku mulai menciumi lengan terus sampai ke jarinya. Lidahku terus menjelajah sampai ujung jarinya.

“Nes, kamu pinter banget memanjakan lelaki, udah pengalaman ya”, desahnya lagi.

Aku tidak menjawab, lidahku kembali naik dari jari tangan ke lengannya, kemudian ke bahunya. Kupijit ringan kedua bahunya sambil terus kukecup pelan. Dari bahu aku turun ke daerah dada. Pentilnya kujilati sambil kugigit pelan, kembali dia melenguh kenikmatan, kemudian pentilnya kuemut-emut, sama seperti ketika dia mengemut pentilku.

“Ayo dong Nes, dah pengen masuk nih”.

“Mas sabar aja, ntar juga kontol mas Ines masukin ke nonok Ines, ntar Ines empot deh kontol mas pake nonok Ines. Sekarang nikmati dulu aja, kan kita gak ada acara lain kan, atau mas ada janji dengan perempuan lain”.

“Gak ada kok Nes, cuma ama kamu aja”.

Setelah puas bermain dengan pentilnya, aku turun ke perutnya yang berbulu dan sampailah pada kontolnya yang sudah tegang dan diliputi dengan jembut yang lebat juga. Bagian atas jembutnya nyambung dengan bulu-bulu diperutnya. Kujilati kontolnya yang berukuran lumayan panjang dan besar (kira-kira 20 cm dengan diameter 4,5 cm). Aku menjilat dan mengulum kontolnya. Kemudian turun ke kantong pelernya, naik lagi sampai ke kepala kontolnya yang sudah sangat keras. Kujilati lubang kencingnya dan kepalanya kuemut sedikit. Mulutku langsung penuh ketika seluruh kepalanya kumasukkan kembali ke mulutku untuk ku emut-emut. Tidak lama kuemut kontolnya, biar dia tambah penasaran, jilatannya turun lagi kepangkal kontolnya ke kantong pelernya dan kujilati perineumnya yang berada diantara kantong peler dan lubang pantatnya. Dia mengerang keenakan,

“Nes, jangan siksa aku dong, ayo aku dah pengen ngerasain empotan nonok kamu”.

Mas Arko langsung bangkit, aku direbahkannya, kakiku dikangkangkannya dan dia mengambil ancang-ancang untuk memasukkan kontolnya ke dalam nonokku yang sudah basah. Diselipkannya kepala kontolnya dibibir nonokku. Terasa sekali nonokku dikuakkan oleh sesuatu yang bulat panjang besar dan keras sekali, sedikit-sedikit dienjotkannya kontolnya membor nonokku. Nikmat banget rasanya nonokku dikuakkan oleh kontol besarnya.

“Terusin mas, masukin yang dalem, enak banget deh rasanya”, erangku.

Kontolnya sudah masuk setengahnya. Dia mendiamkan sejenak aktifitasnya. Giliran aku yang protes,

“Kok berhenti mas, terus dong dienjotnya”, kataku sambil mengangkat pantatku keatas. Akibatnya kontolnya ambles lagi sebagian ke nonokku,

“Aaaakh”, erangku, pantatku kembali terempas ke ranjang.

Kemudian dia mulai menaik-turunkan pantatnya secara perlahan dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan dia membenamkan kontolnya sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang kontolnya amblas ke dalam nonokku. Aku mulai memutar pinggulku mengiringi keluar masuknya kontolnya di nonokku, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami saja.

Dia semakin bersemangat untuk memainkan kontolnya dengan cepat. Permainan kuimbangi dengan menjepit pantatnya dengan kedua kakiku. Aku merasakan kontolnya semakin mentok saja mengenai ujung rahimku. Kukedutkan otot nonokku sehingga dia mengerang,

“Nes, berasa banget deh empotan nonok kamu, nikmat banget, terus diempot Nes”.

Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Aku semakin terlena, karena posisi tersebut membuat kontolnya semakin bergesekan dengan itilku, sehingga hal itu membuat aku semakin terbakar napsu. Kami sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami. Sambil istirahat dia meremas-remas dan menjilati serta menghisap pentilku secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali dengan lebih menggebu-gebu. Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan mendekati akhir permainan, aku udah mau nyampe. Nonokku makin berdenyut meremas kontolnya yang terus dengan gencar menusuk2 nonokku yang makin banjir aja.

“Nes, aku sudah mau ngecret nih, keluarinnya sama-sama ya..?” Aku menjawab dengan terputus-putus,

“Ia.. mas.. sshhh.. cepetan dong ngenjotnya, Ines.. sebentar lagi nyampe nih..!”

Dengan nafas yang tidak beraturan, dia menjawab,

“Tahan sebentar ya, aku juga sudah mau ngecret..”

Tidak lama kemudian aku mengejan dan merintih dengan keras,

“Mas, Ines nyampeeee”.

Nonokku makin berdenyut meremes kontolnya yang disodokkan keluar masuk dengan cepat dan keras. Dan akhirnya terasa semburan pejuh hangat di dalam nonokku,

“Ooohhh.. shhh…” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalanan yang melelahkan dan penuh kenikmatan.

“Mas.., nonok Ines hangat banget sama pejuh mas..” aku memberikan komentar puas dengan keperkasaannya.

“Nikmat banget deh dientot mas, lagi ya mas”.

“Iya lah, kamu pasti gak puas kan cuma seronde. Aku juga masih pengen ngerasain lagi empotan nonok kamu. Hebat banget deh empotan kamu, aku belum pernah ngerasain empotan senikmat empotan kamu Nes”.

“Mas sering ya ngentotin abg”.

“Iya, kan aku butuh penyaluran”.

“Ada yang mas ajak tinggal disini juga mas”.

“Pernah ada yang nemenin aku disini, tapi orangnya dah pergi”.

“Wah asik dong mas, saben malem dong ngentotnya”.

“La iya lah, kalo enggak buat apa ada dia disini. Kamu mau gak tinggal disini, nanti kita bisa berbagi kenikmatan tiap malem, mau ya Nes”, bujuknya.

Aku diam saja, masih terengah kecapean.

Kemudian aku meremas tangannya. Tidak hanya meremas, tapi juga mencium dan bahkan menjilati jari-jarinya. Aku membimbing tangannya, mengusap-usapkan tangannya ke wajahku, ke leher dan ke dada lalu ke toketku. Diberi peluang mengelus toket, segera dia merespon dengan gerakan meremas. Tanganku ikut membantu tangannya meremas toketku. Diremas-remas toketku dari sebelah ke sebelah. Dipilinnya pentilku lalu diusap. Gerakan itu terus menerus secara bergantian. Aku kembali terangsang. Bahuku bergoyang-goyang terus. Tangannya kemudian kutarik menjauh dari toketku. Telapak tangannya kubawa mengelus-elus perutku, mengilik-ngilik puserku sehingga aku menggelinjang kegelian. Tangannya kemudian merayap ke bawah, terus sampe bertemu dengan jembutku. Jangkauannya kini maksimal, padahal belum nyampe nonokku. Aku menaikkannya badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa mencapai belahan nonokku yang sudah mulai basah. Jari tengahnya dengan mudah menyusup ke dalam dan menemukan itilku yang sudah mengeras. Lalu dia memainkan jari tengahnya. Pinggulku menggeliat mengikuti irama sentuhan jari tengahnya. Aku menggelinjang, ketika bagian paling sensitifku tersentuh. Cukup lama dia mengilik itil dan nonokku sampai kemudian aku menjepit tangannya dan nonokku berkontraksi. Aku nyampe lagi berkat kilikan jarinya. Hebat banget dia memuaskan aku baik dengan kontolnya maupun jarinya. Dia menarik jarinya keluar.

Aku pun segera menaiki tubuhnya dan mengambil ancang-ancang untuk menancapkan kembali kontolnya yang sudah ngaceng dengan kerasnya. Dengan tidak sabar aku meraih kontolnya dan kutuntun ke arah nonokku. Ketika kontolnya mulai memasuki nonokku, terasa dinding nonokku yang sudah banjir menghangatkan dan memijat-mijat batang kontolnya. Aku mulai menggerakkan pinggulku ke atas ke bawah, dan kuputar ke kiri dan ke kanan. Sedangkan tangannya mulai meremas-remas toketku yang besar dan kencang. Aku dengan sangat bernafsu menekan pantatku kuat-kuat, sehingga kontolnya seluruhnya amblas ditelan nonokku. Kali ini aku yang memegang peranan, dia menurut saja. Dia mengangkat badannya untuk melumat pentilku.

Perbuatannya semakin membuat aku mabuk kepayang. Aku memeluk kepalanya ke arah toketku. Pantatku semakin cepat kutarik dan kuputar-putar. Hingga akhirnya aku kembali nyampe. Dia yang belum ngecret membuat keputusan berganti posisi dengan doggie style. Aku mengambil posisi menungging, kemudian dia mengarahkan kontolnya ke nonokku lewat belakang. Dia sangat bernafsu sekali melihat pantatku yang lebar. Tangan kanannya memegang dan menepuk-nepuk pantatku, sedangkan tangan kirinya meremas-remas toketku. Gerakan tersebut dilakukannya secara bergantian. Ternyata posisi tersebut membuat aku makin bernapsu, karena itilku terkena gesekan kontolnya. Kali ini aku mulai memberikan perlawanan.

Aku menggoyang-goyangkan pantatku maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatnya. Ketika dia mendorong pantatnya aku menyodorkan pantatku ke belakang, dan ketika dia menarik pantatnya ke belakang aku menarik pantatku kedepan. Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap kali dia mencabut dan menyodok nonokku dengan kontolnya timbul bunyi akibat nonokku yang banjir oleh lendir. Aku mulai merasakan kembali mau nyampe. Dia merasakan kedutan nonokku makin cepat terjadinya sehingga dia menyodokkan kontolnya keluar masuk makin cepat juga. Sampai akhirnya punggungku melengkung dan aku aku nyampe lagi.

Dia mencabut kontolnya dari nonokku. Aku dibaringkannya. Bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut. Ujung lidahnya menjilati bibirku. Dia segera mengecup kulit putih tepat dibelakang telingaku, aku mengerang.

“Mas, geli, bulu roma Ines jadi berdiri semua “.

“Tapi asik kan Nes”, jawabnya sambil terus mengerakkan bibir dan lidahku meluncur di leherku.

Rupanya dia mau melakukan hal yang tadi aku lakukan terhadapnya. Leherku dijilat dengan lembut dan pelan, terus turun ke arah pentilku, langsung dihisapnya dengan lembut. Tubuhku kembali bergetar.

“Oohhhh mas, Ines udah pengen lagi mas”.

Dia kembali mendekapku dengan pelan, kontolnya ditempatkan persis ditengah belahan nonokku.

“Ouuuuuuuuuuuuh mas, Ines udah basah mas”

Dia menggerakkan pinggulnya turun naik penuh irama, pelan-pelan kontolnya menyentuh itilku.

“Aaaah mas.”

Kedua tangannya mulai membelai toketku dengan gerakan melingkar dari bawah ke atas dan berakhir dipentilku yang tegak berdiri. Pelan-pelan kedua kakiku dikangkangkannya, sekarang nonokku terbentang jelas. Kepala kontolnya diletakkan persis di tengah-tengah bibir nonokku dan dengan gerakkan turun naik yang berirama kontolnya mulai menggosok bibir nonok dan itilku. Aku mulai menekan pinggulnya agar kepala kontolnya lebih erat menepel di nonokku. Gerakkannya semakin cepat dan pinggulku pun mulai turun naik seirama tarian dangdut kontolnya. Lendir nonokku semakin banyak membuat kontolnya dengan leluasa bergerek di dekapan nonokku. Gerakanku semakin lama semakin liar, aku mulai menggigit bahu dan teteknya, jemariku mencengkram kencang pantat belakangnya.

“Maas, Ines ngerasa melayang. Ines gak tahan….. masukin dong kontolnya maas, oouhhh”.

Sebelum aku terkulai lemas karena nyampe lagi, diapun gak bisa tahan lebih lama lagi. Basahnya nonokku dan gesekan kepala kontolnya akhirnya membuat dia ngecret juga, padahal gak dimasukin kedalam. Pejunya berhamburan membasahi nonok dan jembutku. Aku tertidur karena kecapean.

Jam 12 malam kami terbangun karena lapar, tetapi sebelum bangun dia menyentuh toketku. Akibatnya Ruar biaasa. Aku langsung terangsang dan mencium bibirnya penuh semangat. Rasa lapar sepertinya tertunda untuk dipuaskan, napsu yang lain kembali mendesak untuk didahulukan. Ciumanku disambutnya dengan hangat, pelan tapi pasti pergumulan kembali terulang, remas berbalas remas, kecup dibalas kecup, jilat dibayar jilat. Nonokku disibaknya dengan jari, ujung lidahnya menerobos dengan lembut menuju itilku. Itilku itu dihisap lembut, pelan dan sedikit dijilat dengan ujung lidah. Aku membalikkan tubuhku sehingga aku sekarang mengangkangi kepalanya dan mulutku persis berada didepan kontolnya. Kukecup lubang kencingnya.

“ OOOuuhhh Nes, jilat terus….”

“Iya mas tapi mas jangan diam dong ………”

Dia lupa dengan tugasnya karena keasyikan kuhisap. Lidahnya kembali beraksi, kali ini sedikit menerobos kedalam nonokku. Aku menggelinjang hebat, pahaku makin menjepit mukanya, tapi hisapan dan kulumanku dikontolnya juga semakin kencang. Posisi kembali berubah, sekarang aku telentang tepat dibawahnya. Kakiku terentang membuat posisi nonokku jelas terbuka, pelan-pelan ditempatkannya ujung kontolnya dilubang nonokku.

“Ayo dong mas, masukin yang dalam”, erangku gak sabar.

Dia malah mengemut pentilku, aku kembali bergetar hebat dan tanpa dia sadari kepala kontolnya pelan-pelan telah membuka jalan masuk ke nonokku.

“Maas, nikmat………”, aku mendekapnya ketika kontolnya telah hampir separuh masuk ke nonokku.

Dinding nonokku kembali berdenyut mencengkeram kontolnya. Dia menarik kontolnya pelan, kepalanya diarahkannya ke itilku. Dengan gerakan mencongkel yang lembut ujung kontolnya beradu dengan itilku.

“Oooh mas, Ines gak tahan nih, masukin dong kontolnya”.

Kontolnya kembali dimasukkan ke nonokku sampe ambles semuanya.

“Masuk semuanya ya mas, sesek banget deh nonok Ines rasanya”.

Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku, mula2 pelan dan makin lama makin cepat enjotannya.

Maas, nikmat. Enjot lebih keras lagi dong mas”, rengekku kenikmatan.

Enjotannya makin menggila, itu membuat aku kembali nyampe.

“Cepet banget Nes, udah nyampe lagi”.

Aku tidak menjawab menikmati nyampenya tadi. Sampe akhirnya diapun ngecret, terasa sekali peju angetnya menyembur membasahi nonokku. Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan.

2 komentar: