Kamis, 11 Juni 2009

Bercinta dengan wanita berjilbab


Sebenarnya aku ini tidak pernah terpikir untuk bisa bercinta/ml dengan wanita berjilbab… namun apa mau dikata nasi udah jadi bubur dan bubur itu udah di makan oleh aku…. ceritanya begini…

Namaku Iful.. umur 29 taon, tinggi 168 paras badanku tegap, rambutku lurus dan ukuran vitalku biasa saja normal orang Indonesialah… panjangnya kira2 16 cm dan diameternya aku ggak pernah ukur…

Aku tinggal di rumah kost-kostan istilahnya rumah berdempet-dempetan neh… ada tetanggaku yg bernama Ibu Tiara, berjilbab umurnya sekitar 33 tahun, anaknya sudah 3 boo… yang paling besar masih sekolah kelas 5 SD otomatis yg paling kecil umur 1,8 bulan, sedangkan suaminya kerjanya di perusahaan kontraktor sebagai karyawan saja.

Setiap hari Ibu tiara ini wanita yang memakai jilbab panjang-panjang sampai ke lengannya boleh dikatakan aku melihatnya terlalu sempurna untuk ukuran seorang wanita yang sudah berumah tangga dan tentunya aku sangatlah segan dan hormat padanya.

Suatu ketika suaminya sudah pergi ke kantor untuk kerja dan aku sendiri masih di rumah rencananya agak siangan baru aku ke kantor.

“Iful…” ibu Tiara memanggil dari sebelah karena aku masih malas-malasan hari ini so aku tidur-tiduran saja di tempat tidurku…

”Iful… Iful… Ibu minta tolong bisa..??” ujar Ibu Tiara dari luar, aku sebenarnya sudah mendengar namun rasanya badanku lagi malas bangun karena mungkin aku yang di panggil tidak segera keluar, maka ibu Tiara dengan hati-hati membuka pintu rumahku dan masuk pelan-pelan mencari aku, seketika itu juga aku pura-pura tutup mataku dia mencari-cari aku dan akhirnya dia melihat aku tidur di kamar.

“Oohh….” ujarnya spontan dia kaget karena kebiasaan kalo aku tidur tidak pernah pake baju dan hanya celana dalam saja dan pagi itu kontolku sebenarnya lagi tegang biasa penyakit di pagi hari… he… he… heh…

Seketika itu dia langsung balik melangkah dan menjauh dari kamarku aku coba mengintip dengan sebelah mataku.

“Ooh dia sudah tidak ada“ ujarku dalam hati tapi kira-kira tak lama kemudian dia balik lagi dan mengendap-endap mengintip kamarku sambil tersenyum penuh arti cukup lama dia perhatikan aku dan setelah itu ibu Tiara langsung balik ke rumahnya.

Besok pagi setelah semuanya telah tidak ada di rumahnya ibu Tiara, tinggal anaknya yg paling kecil dah tidur, aku sayup-sayup aku dengar di samping rumahku yang ada di belakang, sepertinya ada yg mencuci pakaian aku intip di belakang.

Ohh ibu Tiara sedang mencuci pakaian, namun dia hanya memakai daster terusan panjang dan jilbab karena dasternya yang panjang, maka dasternya basah sampai ke paha saat aku sedang intip ibu Tiara langsung berdiri dan mengangkat dasternya serta merta mencopot celana dalamnya dan langsung dicuci sekalian otomatis saat itu aku melihat ooooohhh memeknya yang merah dan pahanya yang putih di tumbuhi bulu-bulu halus, aku langsung berputar otak-otakku ingin rasanya mencicipi memek yang indah dari ibu Tiara yang berjilbab ini.

“Maaf ibu Tiara, kemarin ibu ada perlu dengan saya“ tanyaku mengagetkan ibu Tiara dan serta-merta dia langsung merapikan dasternya yang tersingkap sampai ke paha.

“Iya nih mas Iful.. Ibu kemarin mo minta tolong pasangin lampu di kamar mandi “ katanya.

“Kalo gitu sekarang aja bu soalnya sebentar lagi saya mo kerja“ sambil mataku melihat dasternya membayangkan apa yang didalamnya.

“Oh iya, lewat sini saja…” ujarnya karena memang tipe rumah kost yang aku tempati di belakangnya cuma di palang kayu dan seng otomatis kegiatan tetangga-tetangga kelihatan di belakang.

Aku langsung membuka kayu dan sengnya dan masuk ke dalam dan ibu Tiara membawaku di depan, aku mengikuti di belakang.

“Ooohhh seandainya aku bisa merasakan memek dan pantat ini sekarang” gumamku dalam hati.

“Ini lampunya dan kursinya… hati-hati yah jangan sampe ribut soalnya anakku lagi tidur” kata Ibu Tiara.

Aku langsung memasang dan ibu Tiara melanjutkan mencucinya, setelah selesai aku langsung bilang

“Ibu sudah selesai“ kataku kemudian ibu Tiara langsung berdiri tapi saat itu dia terpeleset ke arahku seketika itu aku menangkapnya.

Uups… oh tanganku mengenai payudaranya yang montok dan tanganku satu lagi mengenai langsung pantatnya yang tidak pake celana dalam dan hanya ditutupi daster saja.

”Maaf Dik Iful… agak licin lantainya” ujarnya tersipu-sipu. “Iful tunggu yah ibu bikinin teh“ ujarnya lagi.

Dia ke dapur dan dari belakang aku mengikutinya secara pelan-pelan, saat teh lagi di putar di dalam gelas langsung aku memeluknya dari belakang.

“Iful… apa-apaan neh…” sentak Ibu Tiara.

“Maaf bu saya melihat ibu sangatlah cantik dan seksi..” ujarku.

“Jangan Iful… aku dah punya suami..” tapi tetap ibu Tiara tidak melepaskan pegangan tanganku yang mampir di pinggangnya dan dadanya…

“Iful… jangaann..” langsung aku menciumi dari belakang menyingkap jilbabnya.

“Ssluurrp… oh.. betapa putihnya leher ibu Tiara” ujarku dalam hati.

“Ookhh… Iful… hmmm…” ibu Tiara menggeliat langsung dia membalik badannya menghadapku.

“Iful… aku udah bers…” saat dia mo ucapin sesuatu langsung aku cium bibirnya.

“Mmmmprh…” tak lama dia langsung meresponku dan langsung memeluk leherku.

“Mmmmmhprpp….” bunyi mulutnya dan aku beradu aku singkapi jilbabnya sedikit saja sambil tanganku mencoba menggerayangi dadanya.

Aku melihat dasternya memakai kancing 2 saja diatas dadanya… aku membukanya dan tersembullah buah dadanya yang putih mulusss… slurp… kujilat dan isap pentilnya….

“Iful…. ooohhh…. ufhhh….” lirihnya.

“Sslurrpp…. slurp.. saat aku jilat… sepertinya masih ada sedikit air susunya… hmmmm… tambah nikmatnya.. slurp.. slurp…

Sambil menjilat dan menyedot susunya aku tetap tidak membuka jilbab maupun dasternya tapi tanganku tetap menarik dasternya keatas…karena dari tadi dia tidak pake celana dalam maka dengan gampang itilnya ku usap-usap dengan tanganku.

“Ohhh… oh… sssshhhh…” gumam ibu Tiara.

Kepalaku kudekatkan ke memeknya dan kakinya kurenggangkan.

Ssluruupp…. pelan-pelan kujilati itil dan memeknya…

“Ooh Iful… eennakkh… oghu… mmmpphhff…” teriaknya pelan kulihat kepalanya telah goyang ke kanan dan kekiri.

Pelan-pelan sambil lidahku bermain di memeknya, kubuka celana pendekku dan terpampanglah kontolku yang telah tegang. Namun ibu Tiara masih tidak menyadari akan hal itu. Pelan-pelan kuangkat dasternya, namun tidak sampai terbuka semuanya, hanya sampai di perutnya saja dan mulutku mulai beradu dengan bibirnya yang ranum.

“Mmmmppghh… Iful… aku…” ujar ibu Tiara.

Kuhisap dalam-dalam lidahnya.

“Sslurp… caup… oh ibu sungguh indah bibirmu, memekmu dan semuanya.” lirihku.

Sambil menjilat seluruh rongga mulutnya kubawa ia ke atas meja makannya dan kusandarkan ibu Tiara di pinggiran meja tanganku kumainkan kembali ke itil dan sekitaran memeknya.

“Aahhh… ufh… oh… Ifulll….ibu udah nggak kuaatttttt…lirih Ibu tiara.

Pelan-pelan kupegang kontolku… kuarahkan ke memeknya yang sudah basah dan licin….dan bleeesssssssssshh….

“Oohhhhh… ufghhh…. Ifulll….” teriak Ibu Tiara.

Ssleepep… slepp…. kontolku kudiamkan sebentar…. Ibu Tiara spontan melihat ke wajahku dan langsung ia menunduk lagi, kududukkan di atas meja makan dan kuangkat kakinya. Mulailah aku memompanya.. slep… slep.. slep… blssss….

“Ooh memeknya ibu sangat enak….”

“Iful… kontolmu juga sangat besar” rupanya ibu Tiara sudah tidak memikirkan lagi norma-norma, yang ada hanyalah nafsu birahinya yang harus dituntaskan.

Berulang-ulang kupompa memeknya dengan kontolku.

“Ooohh.. akhh… Ifull….” kubalikkan lagi badannya dan tangannya memegang pinggiran meja.

Kutusuk memeknya dari belakang bleesssssssss…

“Ohhhhh….” teriak Ibu Tiara, kuhujam sekeras-kerasnya kontolku tanganku remas-remas susunya.

Aku liat dari belakang sangat bagus gaya ibu Tiara nungging ini, tanpa melepas daster dan jilbabnya kutusuk terus … sleeeepp…. sleeps….

Hingga kurang lebih setengah jam ibu Tiara bilang

“Iful…. ibu udah nggak tahan…..”

“Sabar bu bentar lagi saya juga……” ujarku.

“Oh… ohhhh… ufmpghhh… Iful… ibu mau keluarrrr… achhhh……”

Semakin kencang dan terasa memeknya menjepit kontolku dan oohhhhh… ku rasakan ada semacam cairan panas yang menyirami kontolku di dalam memeknya…. semakin kupercepat gerakan menusukku…

Slep…. slurp… bleeppp….

“Oh Ibu aku juga dah mo sampai neh…..”

“Cepat Iful… ibu bantu…. oho…. uhhhhh….”

Ibu tiara menggoyangnya lagi dan akhirnya

“Ibu…. aku mo keluararrrrr…..”

“Sama-sama yang Iful…. ibu juga mo keluar lagi…” teriaknya…

Dan….

“Ohhh… ack….. ahhhhh..”

Aku dan ibu Tiara sama–sama keluar… dan sejenak kulihat di memeknya terlihat becek dan banjir…

Setelah hening sejenak… ku cabut kontolku dan kupakai celana pendek setelah itu ibu Tiara merapikan daster dan jilbabnya… langsung aku minta maaf kepadanya…

“Bu.. mohon maaf .. Iful khilaf.” kataku.

“Tidak apa-apa kok Iful… ibu juga yang salah… yang menggoda Iful“ ujarnya.

Aku langsung pamitan kembali ke rumahku sebelah dan mandi siap-siap kerja… setelah mandi kulihat ibu tiara sedang menjemur pakaian tapi jelas di dalam daster ibu Tiara tidak memakai celana dalam karena terlihat tercetak lewat sinar matahari pagi yang meninggi mulai mendekati jam 10 pagi.

Sebelum aku pergi kusempatkan pamitan ke ibu Tiara dan dia tersenyum tidak tau apakah ada artinya atau tidak.

Akibat menunggu terlalu lama


Suatu sore aku janjian dengan temanku di salah satu gerai pizza yang terkenal. Ketika aku sampai disana temanku belum kelihatan. Aku duduk dan pesan minuman. Menit demi menit berlalu, tapi temanku belum juga nongol. Setelah agak lama menunggu, masuklah seorang lelaki, tidak muda tapi belum juga tua, mungkin late thirties lah. Dia duduk dekat mejaku dan matanya terus memandangiku. Mungkin dia terpesona melihat seorang perempuan seksi, duduk sendiri, seakan mengundang dia untuk mendekatinya.

Dia memesan pizza dan minuman. Aku terus saja melihat jam yang ada di hp ku. Akhirnya kuputuskan untuk meng-call temanku itu, tapi jawabannya: nomor yang dituju sedang tidak aktif atau diluar jangkauan. Ketika aku memutuskan untuk meninggalkan gerai tersebut, lelaki tadi tersenyum dan bangkit mendekatiku. Ganteng juga orangnya, tubuhnya atletis, tipeku banget.

“Lagi nunggu temen atau temin”, sapanya.

“Kok temin”, jawabku.

“Iya, temen kalo nunggu lelaki, kalo nunggu perempuan kan jadi temin”, katanya lagi sambil tertawa,

“Boleh aku temani”.

“Silahkan saja”, jawabku.

Karena pesanannya belum keluar, dia langsung duduk di mejaku,

“Gak pesen piza, kok cuma minuman aja”.

“Kan nunggu temin, jadi belum pesen pizanya”.

“O nunggu temin toh, kirain nunggu temen. Ya udah pesan aja”, katanya sambil memanggil waitress untuk memesan piza untukku.

Aku memesan piza kesukaanku.

“Gak pake lama ya mbak”, katanya kepada si waitress.

Dia memperkenalkan diri,

“Namaku Arko”.

“Aku Ines”, jawabku.

Kami lalu ngobrol ngalor ngidul. Ketika pesanannya datang, tak lama sesudahnya pesananku juga datang. Kami menyantap piza masing-masing sambil terus ngobrol. Selesai makan,

“Nes, kamu ada acara gak”, tanyanya.

“Enggak ada kok mas, kenapa”, jawabku.

Aku memanggil dia mas karena ketika kupanggil pak, dia minta dipanggil mas aja, kan belum tua , alasannya.

“Nemenin aku belanja bulanan yuk, kalo kamu perlu apa-apa sekalian aja belanjanya”, ajaknya.

Aku mengiyakan ajakannya. Dia membayar makanan dan minuman termasuk yang kuminum dan kumakan, kemudian kami meninggalkan gerai menuju ke mobilnya, Neo Baleno yang paling anyar.

“Mobil baru nih mas, punya mas ya”, kataku setelah duduk disampingnya.

Mobil meluncur menembus kemacetan menuju ke supermarket yang katanya deket tempat tinggalnya.

“Enggak, fasilitas kantor”, jawabnya.

“Kalo udah gak kerja dikantor itu, mesti dikembalikan ya”, kataku lagi.

“Ya iya lah yao”.

“Pantes dapetnya Baleno”.

“Emangnya kenapa”.

“Kan kalo kata orang Jawa baleno artinya kembalikan”.

“Bisa aja kamu”, katanya sambil tertawa,

“Itu mah balek no, inikan baleno”.

“Namanya juga diplesetin mas”.

Di supermarket, aku membantu dia untuk membeli keperluan sehari-hari. Aku tidak membeli apa-apa, karena memang belum butuh.

“Kok belanja sendiri sih mas, emangnya istrinya kemana”, tanyaku.

“Aku dah cerai Nes, belum punya anak sih”.

Mobil meluncur lagi dan kali ini masuk ke apartment yang cukup ternama.

“Mas tinggal disini, fasilitas juga mas”, tanyaku.

“Iya”, jawabnya.

“Mas enak ya, banyak dapet fasilitas, coba fasilitasnya dibagi sama Ines”.

“Kenapa kamu mau tinggal di apartmentku, boleh aja kalo mau”, katanya sambil senyum menggoda.

Mobil masuk ke basement. Aku membantu dia membawa belanjaan yang cukup banyak. Kami menuju ke lift, dia memijit lantai 17 dan lift pun meluncur keatas.

Apartmentnya ya seperti apartment yang lain, 2 kamar tidur dengan kamar mandi diantaranya, ruang tamu yang luas, bersebelahan dengan ruang makan. Terus ada dapur dan open space, tempat dia menaruh mesin cuci dan jemuran pakaian. Dia segera unload belanjaannya, diletakkan dimeja makan. Aku membantunya memasukkan belanjaan makanan ke lemari es, sedang dia membereskan belanjaan rinso, cairan pel dan sejenisnya di lemari yang lain. Dia sudah selesai tetapi aku belum karena belanjaan makanan jauh lebih banyak.

Dia berdiri dibelakangku dan memelukku tiba-tiba, langsung dia mencium kudukku. Aku menggelinjang jadinya, “maas’, lenguhku. Segera tangannya menyambar toketku dan meremasnya pelan. Aku makin menggelinjang karena ulahnya.

“Mas, kok langsung ngeremes sih”.

“Aku sejak makan piza sudah napsu melihat penampilan kamu Nes”.

Memang sih, ketika itu aku pake tanktop ketat dan jeans yang ketat juga, sehingga lekak liku bodiku mengundang tangan lelaki untuk menjamah dan meremas.

“Aku pengen deh Nes”, katanya lagi sambil tetap menciumi kudukku dan meremas-remas toketku dari luar tanktopku.

“Pengen apaan mas”, kataku sambil makin menggelinjang.

“Pengen dapet kepuasan dari kamu. Kamu mau gak muasain aku Nes. Kamu boleh kalo kamu mau tinggal bareng aku disini”.

Napsuku mulai bangkit. Aku membalikkan badan dan dia segera memelukku. Dia langsung melancarkan ciumanan ganasnya, lidahnya menyelusup masuk kemulutku, dan aku membalasnya dengan sangat antusias. Kemudian masih dalam keadaan berdiri dia membuka tanktop dan celana jeansku, hingga aku hanya memakai bra dan CD yang berwarna hitam. Kemudian ia juga memintaku untuk membuka baju dan celana panjangnya. Dengan segala senang hati kulakukan permintaannya.

Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian aku diajaknya ke kamar tidurnya dan direbahkan diatas ranjang yang berukuran double size. Dia mulai melumat bibirku dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhku. Kemudian ketika dia mencium CDku, di bagian nonokku yang sudah basah, aku menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan. Setelah dia puas menciumi seluruh tubuhku, kemudian dibukanya bra dan CDku. Dia juga melepaskan pakaian dalamnya, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.

“Nes, toket kamu besar dan kenceng ya. Pentilnya besar lagi. Udah sering diemut dan diremes ya Nes”.

“Ya begitulah, cowok kalo dah diranjang kan bawaannya mau netek melulu. Mas juga mau netek kan”.

Dengan sangat bernafsu dilumatnya pentilku yang berwarna coklat kemerah-merahan. Dia juga meraba dan mengusap jembutku yang sangat lebat. Dia semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhku. Kemudian dia memasukkan dua jari tangannya ke dalam nonokku yang sudah basah, sedangkan lidahnya sibuk menjilati pentilku. Aku semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasku mulai berat. Kemudian dibukanya kedua pahaku lebar-lebar agar dia dapat dengan leluasa memainkan lidahnya ke dalam nonokku. Dia menjilati dan memainkan itilku dengan penuh gairah. Aku menggelinjang dan merintih saking nikmatnya, tapi dia tidak menuntaskan permainannya. Sekarang giliran aku yang mengambil alih aktivitas. Aku merebahkannya dan duduk diatasnya. Bibirnya kukecup ringan beberapa kali, dia memelukku dan mengulum bibirku dengan penuh napsu, tetapi sebelum menjadi panas, ciuman kuhentikan. Aku mencium lembut dahinya, dia terpejam menikmati ciumanku. Beberapa kali kuberikan kecupan mesra didahinya, kemudian ciumanku turun perlahan kebelakang telinganya.

Kugelitik daun telinganya dengan lidahku sambil kuhembuskan napasku. Sekarang ganti dia yang menggelinjang kegelian. Dari telinga, ciumanku menurun ke pangkal lehernya, kepalaku menyusup ke lehernya supaya lidahku bisa menjelajahi sedikit bagian kuduknya. Gelinjangnya makin menjadi,

“Nees”.

Sambil kukecup, tanganku pun ikut mengelus dan memijat ringan daerah kuduknya.

“Nes, aku udah napsu banget, dimasukin dong”.

“Apanya mas”.

“Kontolku udah pengen ngilik nonok kamu, Nes”, lenguhnya menikmati jilatan, usapan dan pijitan ringan di kuduknya.

Aku gak perduli sama lenguhannya. Aku mulai menciumi lengan terus sampai ke jarinya. Lidahku terus menjelajah sampai ujung jarinya.

“Nes, kamu pinter banget memanjakan lelaki, udah pengalaman ya”, desahnya lagi.

Aku tidak menjawab, lidahku kembali naik dari jari tangan ke lengannya, kemudian ke bahunya. Kupijit ringan kedua bahunya sambil terus kukecup pelan. Dari bahu aku turun ke daerah dada. Pentilnya kujilati sambil kugigit pelan, kembali dia melenguh kenikmatan, kemudian pentilnya kuemut-emut, sama seperti ketika dia mengemut pentilku.

“Ayo dong Nes, dah pengen masuk nih”.

“Mas sabar aja, ntar juga kontol mas Ines masukin ke nonok Ines, ntar Ines empot deh kontol mas pake nonok Ines. Sekarang nikmati dulu aja, kan kita gak ada acara lain kan, atau mas ada janji dengan perempuan lain”.

“Gak ada kok Nes, cuma ama kamu aja”.

Setelah puas bermain dengan pentilnya, aku turun ke perutnya yang berbulu dan sampailah pada kontolnya yang sudah tegang dan diliputi dengan jembut yang lebat juga. Bagian atas jembutnya nyambung dengan bulu-bulu diperutnya. Kujilati kontolnya yang berukuran lumayan panjang dan besar (kira-kira 20 cm dengan diameter 4,5 cm). Aku menjilat dan mengulum kontolnya. Kemudian turun ke kantong pelernya, naik lagi sampai ke kepala kontolnya yang sudah sangat keras. Kujilati lubang kencingnya dan kepalanya kuemut sedikit. Mulutku langsung penuh ketika seluruh kepalanya kumasukkan kembali ke mulutku untuk ku emut-emut. Tidak lama kuemut kontolnya, biar dia tambah penasaran, jilatannya turun lagi kepangkal kontolnya ke kantong pelernya dan kujilati perineumnya yang berada diantara kantong peler dan lubang pantatnya. Dia mengerang keenakan,

“Nes, jangan siksa aku dong, ayo aku dah pengen ngerasain empotan nonok kamu”.

Mas Arko langsung bangkit, aku direbahkannya, kakiku dikangkangkannya dan dia mengambil ancang-ancang untuk memasukkan kontolnya ke dalam nonokku yang sudah basah. Diselipkannya kepala kontolnya dibibir nonokku. Terasa sekali nonokku dikuakkan oleh sesuatu yang bulat panjang besar dan keras sekali, sedikit-sedikit dienjotkannya kontolnya membor nonokku. Nikmat banget rasanya nonokku dikuakkan oleh kontol besarnya.

“Terusin mas, masukin yang dalem, enak banget deh rasanya”, erangku.

Kontolnya sudah masuk setengahnya. Dia mendiamkan sejenak aktifitasnya. Giliran aku yang protes,

“Kok berhenti mas, terus dong dienjotnya”, kataku sambil mengangkat pantatku keatas. Akibatnya kontolnya ambles lagi sebagian ke nonokku,

“Aaaakh”, erangku, pantatku kembali terempas ke ranjang.

Kemudian dia mulai menaik-turunkan pantatnya secara perlahan dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan dia membenamkan kontolnya sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang kontolnya amblas ke dalam nonokku. Aku mulai memutar pinggulku mengiringi keluar masuknya kontolnya di nonokku, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami saja.

Dia semakin bersemangat untuk memainkan kontolnya dengan cepat. Permainan kuimbangi dengan menjepit pantatnya dengan kedua kakiku. Aku merasakan kontolnya semakin mentok saja mengenai ujung rahimku. Kukedutkan otot nonokku sehingga dia mengerang,

“Nes, berasa banget deh empotan nonok kamu, nikmat banget, terus diempot Nes”.

Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Aku semakin terlena, karena posisi tersebut membuat kontolnya semakin bergesekan dengan itilku, sehingga hal itu membuat aku semakin terbakar napsu. Kami sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami. Sambil istirahat dia meremas-remas dan menjilati serta menghisap pentilku secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali dengan lebih menggebu-gebu. Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan mendekati akhir permainan, aku udah mau nyampe. Nonokku makin berdenyut meremas kontolnya yang terus dengan gencar menusuk2 nonokku yang makin banjir aja.

“Nes, aku sudah mau ngecret nih, keluarinnya sama-sama ya..?” Aku menjawab dengan terputus-putus,

“Ia.. mas.. sshhh.. cepetan dong ngenjotnya, Ines.. sebentar lagi nyampe nih..!”

Dengan nafas yang tidak beraturan, dia menjawab,

“Tahan sebentar ya, aku juga sudah mau ngecret..”

Tidak lama kemudian aku mengejan dan merintih dengan keras,

“Mas, Ines nyampeeee”.

Nonokku makin berdenyut meremes kontolnya yang disodokkan keluar masuk dengan cepat dan keras. Dan akhirnya terasa semburan pejuh hangat di dalam nonokku,

“Ooohhh.. shhh…” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalanan yang melelahkan dan penuh kenikmatan.

“Mas.., nonok Ines hangat banget sama pejuh mas..” aku memberikan komentar puas dengan keperkasaannya.

“Nikmat banget deh dientot mas, lagi ya mas”.

“Iya lah, kamu pasti gak puas kan cuma seronde. Aku juga masih pengen ngerasain lagi empotan nonok kamu. Hebat banget deh empotan kamu, aku belum pernah ngerasain empotan senikmat empotan kamu Nes”.

“Mas sering ya ngentotin abg”.

“Iya, kan aku butuh penyaluran”.

“Ada yang mas ajak tinggal disini juga mas”.

“Pernah ada yang nemenin aku disini, tapi orangnya dah pergi”.

“Wah asik dong mas, saben malem dong ngentotnya”.

“La iya lah, kalo enggak buat apa ada dia disini. Kamu mau gak tinggal disini, nanti kita bisa berbagi kenikmatan tiap malem, mau ya Nes”, bujuknya.

Aku diam saja, masih terengah kecapean.

Kemudian aku meremas tangannya. Tidak hanya meremas, tapi juga mencium dan bahkan menjilati jari-jarinya. Aku membimbing tangannya, mengusap-usapkan tangannya ke wajahku, ke leher dan ke dada lalu ke toketku. Diberi peluang mengelus toket, segera dia merespon dengan gerakan meremas. Tanganku ikut membantu tangannya meremas toketku. Diremas-remas toketku dari sebelah ke sebelah. Dipilinnya pentilku lalu diusap. Gerakan itu terus menerus secara bergantian. Aku kembali terangsang. Bahuku bergoyang-goyang terus. Tangannya kemudian kutarik menjauh dari toketku. Telapak tangannya kubawa mengelus-elus perutku, mengilik-ngilik puserku sehingga aku menggelinjang kegelian. Tangannya kemudian merayap ke bawah, terus sampe bertemu dengan jembutku. Jangkauannya kini maksimal, padahal belum nyampe nonokku. Aku menaikkannya badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa mencapai belahan nonokku yang sudah mulai basah. Jari tengahnya dengan mudah menyusup ke dalam dan menemukan itilku yang sudah mengeras. Lalu dia memainkan jari tengahnya. Pinggulku menggeliat mengikuti irama sentuhan jari tengahnya. Aku menggelinjang, ketika bagian paling sensitifku tersentuh. Cukup lama dia mengilik itil dan nonokku sampai kemudian aku menjepit tangannya dan nonokku berkontraksi. Aku nyampe lagi berkat kilikan jarinya. Hebat banget dia memuaskan aku baik dengan kontolnya maupun jarinya. Dia menarik jarinya keluar.

Aku pun segera menaiki tubuhnya dan mengambil ancang-ancang untuk menancapkan kembali kontolnya yang sudah ngaceng dengan kerasnya. Dengan tidak sabar aku meraih kontolnya dan kutuntun ke arah nonokku. Ketika kontolnya mulai memasuki nonokku, terasa dinding nonokku yang sudah banjir menghangatkan dan memijat-mijat batang kontolnya. Aku mulai menggerakkan pinggulku ke atas ke bawah, dan kuputar ke kiri dan ke kanan. Sedangkan tangannya mulai meremas-remas toketku yang besar dan kencang. Aku dengan sangat bernafsu menekan pantatku kuat-kuat, sehingga kontolnya seluruhnya amblas ditelan nonokku. Kali ini aku yang memegang peranan, dia menurut saja. Dia mengangkat badannya untuk melumat pentilku.

Perbuatannya semakin membuat aku mabuk kepayang. Aku memeluk kepalanya ke arah toketku. Pantatku semakin cepat kutarik dan kuputar-putar. Hingga akhirnya aku kembali nyampe. Dia yang belum ngecret membuat keputusan berganti posisi dengan doggie style. Aku mengambil posisi menungging, kemudian dia mengarahkan kontolnya ke nonokku lewat belakang. Dia sangat bernafsu sekali melihat pantatku yang lebar. Tangan kanannya memegang dan menepuk-nepuk pantatku, sedangkan tangan kirinya meremas-remas toketku. Gerakan tersebut dilakukannya secara bergantian. Ternyata posisi tersebut membuat aku makin bernapsu, karena itilku terkena gesekan kontolnya. Kali ini aku mulai memberikan perlawanan.

Aku menggoyang-goyangkan pantatku maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatnya. Ketika dia mendorong pantatnya aku menyodorkan pantatku ke belakang, dan ketika dia menarik pantatnya ke belakang aku menarik pantatku kedepan. Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap kali dia mencabut dan menyodok nonokku dengan kontolnya timbul bunyi akibat nonokku yang banjir oleh lendir. Aku mulai merasakan kembali mau nyampe. Dia merasakan kedutan nonokku makin cepat terjadinya sehingga dia menyodokkan kontolnya keluar masuk makin cepat juga. Sampai akhirnya punggungku melengkung dan aku aku nyampe lagi.

Dia mencabut kontolnya dari nonokku. Aku dibaringkannya. Bibirnya menyentuh bibirku dengan lembut. Ujung lidahnya menjilati bibirku. Dia segera mengecup kulit putih tepat dibelakang telingaku, aku mengerang.

“Mas, geli, bulu roma Ines jadi berdiri semua “.

“Tapi asik kan Nes”, jawabnya sambil terus mengerakkan bibir dan lidahku meluncur di leherku.

Rupanya dia mau melakukan hal yang tadi aku lakukan terhadapnya. Leherku dijilat dengan lembut dan pelan, terus turun ke arah pentilku, langsung dihisapnya dengan lembut. Tubuhku kembali bergetar.

“Oohhhh mas, Ines udah pengen lagi mas”.

Dia kembali mendekapku dengan pelan, kontolnya ditempatkan persis ditengah belahan nonokku.

“Ouuuuuuuuuuuuh mas, Ines udah basah mas”

Dia menggerakkan pinggulnya turun naik penuh irama, pelan-pelan kontolnya menyentuh itilku.

“Aaaah mas.”

Kedua tangannya mulai membelai toketku dengan gerakan melingkar dari bawah ke atas dan berakhir dipentilku yang tegak berdiri. Pelan-pelan kedua kakiku dikangkangkannya, sekarang nonokku terbentang jelas. Kepala kontolnya diletakkan persis di tengah-tengah bibir nonokku dan dengan gerakkan turun naik yang berirama kontolnya mulai menggosok bibir nonok dan itilku. Aku mulai menekan pinggulnya agar kepala kontolnya lebih erat menepel di nonokku. Gerakkannya semakin cepat dan pinggulku pun mulai turun naik seirama tarian dangdut kontolnya. Lendir nonokku semakin banyak membuat kontolnya dengan leluasa bergerek di dekapan nonokku. Gerakanku semakin lama semakin liar, aku mulai menggigit bahu dan teteknya, jemariku mencengkram kencang pantat belakangnya.

“Maas, Ines ngerasa melayang. Ines gak tahan….. masukin dong kontolnya maas, oouhhh”.

Sebelum aku terkulai lemas karena nyampe lagi, diapun gak bisa tahan lebih lama lagi. Basahnya nonokku dan gesekan kepala kontolnya akhirnya membuat dia ngecret juga, padahal gak dimasukin kedalam. Pejunya berhamburan membasahi nonok dan jembutku. Aku tertidur karena kecapean.

Jam 12 malam kami terbangun karena lapar, tetapi sebelum bangun dia menyentuh toketku. Akibatnya Ruar biaasa. Aku langsung terangsang dan mencium bibirnya penuh semangat. Rasa lapar sepertinya tertunda untuk dipuaskan, napsu yang lain kembali mendesak untuk didahulukan. Ciumanku disambutnya dengan hangat, pelan tapi pasti pergumulan kembali terulang, remas berbalas remas, kecup dibalas kecup, jilat dibayar jilat. Nonokku disibaknya dengan jari, ujung lidahnya menerobos dengan lembut menuju itilku. Itilku itu dihisap lembut, pelan dan sedikit dijilat dengan ujung lidah. Aku membalikkan tubuhku sehingga aku sekarang mengangkangi kepalanya dan mulutku persis berada didepan kontolnya. Kukecup lubang kencingnya.

“ OOOuuhhh Nes, jilat terus….”

“Iya mas tapi mas jangan diam dong ………”

Dia lupa dengan tugasnya karena keasyikan kuhisap. Lidahnya kembali beraksi, kali ini sedikit menerobos kedalam nonokku. Aku menggelinjang hebat, pahaku makin menjepit mukanya, tapi hisapan dan kulumanku dikontolnya juga semakin kencang. Posisi kembali berubah, sekarang aku telentang tepat dibawahnya. Kakiku terentang membuat posisi nonokku jelas terbuka, pelan-pelan ditempatkannya ujung kontolnya dilubang nonokku.

“Ayo dong mas, masukin yang dalam”, erangku gak sabar.

Dia malah mengemut pentilku, aku kembali bergetar hebat dan tanpa dia sadari kepala kontolnya pelan-pelan telah membuka jalan masuk ke nonokku.

“Maas, nikmat………”, aku mendekapnya ketika kontolnya telah hampir separuh masuk ke nonokku.

Dinding nonokku kembali berdenyut mencengkeram kontolnya. Dia menarik kontolnya pelan, kepalanya diarahkannya ke itilku. Dengan gerakan mencongkel yang lembut ujung kontolnya beradu dengan itilku.

“Oooh mas, Ines gak tahan nih, masukin dong kontolnya”.

Kontolnya kembali dimasukkan ke nonokku sampe ambles semuanya.

“Masuk semuanya ya mas, sesek banget deh nonok Ines rasanya”.

Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku, mula2 pelan dan makin lama makin cepat enjotannya.

Maas, nikmat. Enjot lebih keras lagi dong mas”, rengekku kenikmatan.

Enjotannya makin menggila, itu membuat aku kembali nyampe.

“Cepet banget Nes, udah nyampe lagi”.

Aku tidak menjawab menikmati nyampenya tadi. Sampe akhirnya diapun ngecret, terasa sekali peju angetnya menyembur membasahi nonokku. Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan.

AKIBAT PACARAN JARAK JAUH


Kejadiannya saat itu adalah di Jakarta. Poppy bekerja sebagai seorang karyawati pada sebuah bank swasta terkemuka. Poppy adalah seorang wanita karier yang berumur 26 tahun pada saat itu.
Ia memiliki kulit putih mulus dan tinggi 156 cm. Rambut sebahu serta ukuran dada yang serasi sekali dengan bentuk tubuhnya yang ramping. Saat itu pun Poppy telah memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai dan amat mengerti akan pekerjaannya.
Rusdi adalah kakak kelas Poppy saat di kampus dulu di sebuah kota Sumatera. Saat itu pun Rusdi telah bekerja di sebuah perusahaan di Kalimantan. Jadi mereka berpisah untuk waktu yang lama dan hanya sekali 6 bulanlah mereka bisa berkumpul lagi.
Poppy menyewa sebuah rumah yang sederhana tidak jauh dari kantornya. Dengan gaji yang cukup, ia dapat mempekerjakan seorang pembantu yang sudah agak tua. Namanya Mpok Ijah. Seringkali Poppy bertukar pikiran dengan Mpok Ijah saat ia tidak kerja. Itu pun topiknya mengenai laki-laki. Mpok Ijah pun tidak terlalu ambil peduli dengan kisah Poppy.

Poppy dan Rusdi telah merencanakan untuk menikah saat Rusdi dipindah ke Jakarta nanti. jadi tidak heran jika saat Rusdi datang ke Jakarta setiap 6 bulan, selalu disambut dengan suka cita oleh Poppy. Kemesraan diantara mereka selalu diakhiri dengan hubungan intim.
Poppy telah menyerahkan keperawanannya kepada Rusdi dulu saat mereka sama-sama tinggal di Jakarta berlibur. Poppy selalu memakai sistem kalender untuk menjaga jangan sampai ia hamil akibat hubungan itu.
Namun saat Rusdi telah berada kembali di Kalimantan, secara tiba-tiba, Poppy merasakan libidonya kembali naik untuk berhubungan sex. Sedang Rusdi kembali baru 4 bulan lagi. Ia kehabisan akal. Ia tidak ingin memakai jasa gigolo sebab ia tidak ingin diporoti oleh lelaki itu dan takut akan tergantung kepada jasa mereka. Sedang jika ia melakukan selingkuh dengan teman kerja, jelas tidak mungkin. Posisinya akan hancur dan menjatuhkan wibawa dan derajatnya.
Ia pusing sekali jika nafsunya datang menghentak-hentak. Timbul pikirannya untuk melakukan hubungan sex yang aman dan berisiko kecil. Setiap pergi dan pulang kantor, Poppy selalu menumpang becak. Ia menyadari, abang becak yang bernama Asep itu sering mencuri pandang ke betis dan dadanya saat ia di atas becak. Poppy amat merasakan hal itu.
Asep adalah tukang becak yang berumur 40 tahun. Sosoknya hitam, badan sedang, dan amat santun kepada Poppy setiap Poppy menaiki becaknya. Asep adalah lelaki yang telah berkeluarga dan memiliki 4 orang anak yang telah beranjak dewasa. Istrinya bekerja sebagai tukang cuci di tempat Poppy.
Poppy tahu jika ia mengajak Asep, maka ia akan mudah mengaturnya sebab Asep tidak akan berani macam-macam apalagi memerasnya. Asep juga adalah bekas preman yang telah sadar, dan kembali bekerja secara baik-baik. Dulunya ia pernah masuk penjara. Tidak heran di pahanya ada tatto.
Asep sering juga menelan ludah jika Poppy yang menumpang becaknya. Selain cantik, Poppy juga sering memakai rok pendek dan kelihatan batang pahanya yang mulus di tumbuhi bulu-bulu halus. Juga ia memiliki leher yang jenjang. Baju yang dikenakan Poppy sering yang berleher rendah dan sesekali terlihat belahan dada yang mengundang birahinya.
Saat itu hari Jumat. Hari terakhir kerja bagi para karyawan. Malam itu Poppy menaiki becak Asep.
“Bang… langsung ke rumah ya?” kata Poppy.
“Baik, Mbak,” jawab Asep.
Sesampai di rumah, Poppy minta Asep untuk memasukkan becaknya ke dalam garasi yang tersedia di rumahnya.
“Dimasukkan aja becaknya, ya, Bang…” kata Poppy.
“Baiklah, Mbak…”
“Ini bang, saya minta Abang membantu saya memindahkan komputer itu ke kamar saya, soalnya Mpok Ijah gak kuat” pinta Poppy.
“Baiklah, Mbak,” jawab Asep.
Lalu Asep masuk kerumah Poppy dan Mpok Ijah menutup pintu dan menguncinya.
“Ini, Bang, komputernya,” kata Poppy.
Lalu Asep membawa komputer itu kekamar Poppy yang berada di lantai atas rumah itu. Di kamar Poppy yang serba lux itu, komputer diletakkan di sudut kamar. lalu Asep dipersilakan duduk di beranda ruang kamar Poppy itu. Lalu Poppy membawa nampan yang berisi minuman dan makanan kecil. Poppy belum sempat ganti pakaian kerja saat itu.
Saat Poppy jongkok, Asep sempat mencuri pandang ke dada Poppy dan terlihat gundukan buah dada yang putih mulus itu menggantung. Lalu Poppy duduk kembali di depan Asep.
“Diminum airnya, Bang?” kata Poppy.
“Ya, Mbak,” jawab Asep.
Sambil duduk Asep melihat sekeliling ruang kamar yang luas dan dingin karena AC itu. Sesekali ia memandang ke depan saat Poppy membaca koran. Rok kerja Poppy terbuka dan tampak olehnya celdam Poppy yang berwarna merah itu.
Poppy menyadarinya. Itulah yang ia inginkan. Liur Asep naik turun dan matanya menatap lekat ke paha Poppy. Ia terus memandang pemandangan yang menggairahkan itu. Lalu Poppy berdiri dan berjalan ke arah ranjangnya yang bergaya romawi itu. Di situ ia rebahkan tubuhnya yang padat berisi. Sambil tiduran ia memanggil Asep.
“Bang Asep… sini tolong saya, dong…” katanya.
Lalu Asep berjalan kearah Poppy.
Ada apa, Mbak?” jawabnya.
“Bang, saya minta tolong…. Tolong diurut betis saya ini. Tadi saat saya di becak Abang sempat terantuk bangkunya,” kata Poppy.
“Tapi Mbak, saya gak bisa mengurut,” kata Asep.
Saat itu tampaklah pemandangan yang amat menarik gairah kelelakian Asep. Lalu sambil tangannya bergoyang, ia raih betis Poppy yang mulus itu. Dari jari kaki ia mulai mengurutnya. Sesekali matanya melihat ke paha Poppy, dan kembali ia dipancing gairahnya…
Pangkal paha Poppy amat mulus dan di tengahnya tertutup CD merah. Alangkah nikmatnya jika ia dapat merasakan kehangatan itu saat itu. Lalu ia urut satu satu dan Poppy hanya diam menikmati setiap gerakan tangan Asep. Lalu ia berujar.
“Agak ke atas, Bang…” katanya.
“Baiklah, Mbak” jawab Asep.
Lalu ia teruskan gerakan tangannya dan ia singkapkan rok kerja Poppy dan terlihat gundukan vagina Poppy yang bengkak itu. Dengan tidak ada sahutan dari Poppy, Asep lalu meningkatkan gerakannya. Ia merasa Poppy tidak akan marah kepadanya.
Lalu tangannya meraih batang paha Poppy dan dengan kasar ia remas paha Poppy. Poppy terbangun dan duduk. Ia pandangi Asep dengan pandangan penuh gairah. Asep pun mengetahui bahwa saat itu Poppy telah mulai bangkit birahinya.
Asep meraih pipi Poppy dan ia ciumi bibir merah Poppy. Dari bibir lalu ia ciumi juga telinga Poppy. Lalu sebelah tangannya bergerak meremas buah dada yang saat itu masih terbungkus blouse kerja. Poppy hanya terpejam. Asep lalu membuka satu per satu kancing baju itu sampai semuanya terlepas dan blouse telah ia buka dan tampaklah dada dan bahu Poppy yang putih mulus.
Seumur hidupnya baru kali itulah ia mendapatkan kesempatan memegang kulit tubuh wanita secantik Poppy. Dada Poppy masih terbungkus BH hijau muda ukuran 34b. Kemudian ia ciumi leher jenjang itu, lalu turun ke belahan dada Poppy. Di sana mulutnya diam dan terus melakukan aksinya. Lalu tangan Asep meraih pengait BH itu dan membukanya, sehingga dada Poppy terbuka seluruhnya. Saat itu tinggal rok Poppy saja. Dada yang putih mulus itu ia jilati inci demi inci. Asep tidak ingin kesempatan emas itu hilang. Poppy saat itu hanya merem melek menikmati aksi Asep.
Lalu Asep merebahkan tubuh Poppy di ranjang itu dan ia kemudian beralih ke arah bawah pusat Poppy untuk membuka rok kerja Poppy. Setelah rok kerja itu terbuka, maka yang tampak adalah sebuah celdam merah menutupi goa terlarang milik Poppy. CD itu ia buka, sehingga Poppy benar-benar bugil saat itu.
Dengan jarinya, lobang Poppy ia korek. Dimainkannya daging kecil itu. Poppy amat histeris. Asep lalu membuka semua pakaian kumal yang melekat di tubuhnya. Lalu ia baringkan badannya di antara kedua paha Poppy. Penisnya tegak menantang ingin masuk ke dalam lobang Poppy. Lalu ia buka paha Poppy dan terlihat lobang yang siap dimasuki oleh penis Asep.
Poppy diam menunggu. Penis Asep amat panjang dan besar. Lalu Asep memasukkan penisnya dan Poppy sempat mengeluh sakit.
“Adauuuuu…. Bang… Lambat sedikit, doong…. sakit nih…” katanya.
Asep terus memajumundurkan pelirnya selama kurang lebih 30 menit. Ia tidak peduli dengan keluhan Poppy. Sudah lama ia menanti saat itu. Lalu ia muntahkan spermanya sebanyak-banyaknya ke dalam rahim Poppy.
Poppy sadar akan akibat dari sperma Asep, maka ia telah bersiap-siap sebelumnya dengan meminum pil anti hamil.
Asep lalu terkulai di samping Poppy. Sedang Poppy merasa puas dan akan mencoba lagi permainan itu dengan Asep.
Meskipun Asep tidak berpendidikan namun ia amat suka cita melihat gaya primitif dari Asep. Tidak seperti pacarnya Rusdi yang penuh liku-liku dan irama. Namun ia tetap menomorsatukan Rusdi sebagai kekasihnya. Bagaimanapun Rusdi adalah calon suaminya. Sedang Asep adalah alat pemuas nafsunya yang sewaktu-waktu dapat ia minta. Asep pun tidak macam-macam kepada Poppy. Ia hanya manut kepada segala perintah Poppy.
Sejak saat itu hampir setiap libidonya minta dipuaskan, Poppy selalu meminta Asep yang melakukannya. Jika menggunakan jasa para gigolo, ia khawatir akan penyakit kelamin dan AIDS. Sedang Asep adalah lelaki yang setia kepada istrinya. Ia tak pernah ‘jajan’ kepada wanita lain. Satu-satunya wanita lain yang ditidurinya adalah Poppy seorang. Maka Poppy amat percaya akan kesehatan Asep.

Nikmatnya Memerawani Kekasihku


Aku mempunyai seorang pacar namanya Leni, tingginya 170 dengan berat 61kg berumur 24 tahun. Yaitu 7 tahun lebi tua dari pada aku. Seringkali teman aku menyebut aku sebagai simpanan tante-tante. Tapi aku senang-senang saja dengan perkataan teman-teman ku. Memang dari dulu aku lebih suka wanita yang lebih tua dari aku. Dan lebih dewasa tentang pelajaran sex tentunya.

Selama aku pacaran, aku belum pernah bertemu dengan Leni karena dia tinggal dikota Surabaya. Awalnya kami berkenalan dari sebuah game online yang mungkin sampai saat ini para wanita menyukainya gamenya. Kami berkenalan dari situ dan hingga menjadi pacaran.

Setiap hari kami pun selalu berkomunikasi melalu telepon. Pada suatu waktu dia menelepon aku pada pukul 22.00 aku pun asik bercerita apa adanya dengan dia. Dan boleh anda ketahui bahwa Leni memliki sifat hypersexsual tetapi dia masi perawan dan tidak pernah bermasturbasi. Dia tidak mau menghilangkan keperawanannya dengan bermasturbasi. Dan dy juga memiliki prinsip Virgin buat suami.sama dengan aku, aku juga masih perjaka tetapi aku selalu melakukan onani setiap hari.

Aku sering bercerita tentang pengalaman seks aku dengan melakukan onani. Dan ketika kami berbicara tentang seks, dengan tanpa malu aku bertanya:
"Yank, kamu sebenarnya mau gak sich kalo keperawanan kamu itu buat aku??"
"Ya, aku sih mau, tapi aku juga harus jaga prinsip aku. Aku maunya service kamu aja sampe kamu puas", ujarnya.
"kamu emang ga mau aku puasin juga yach??", tanyaku
"Mau lah yank. Mau banget malah. Tapi jangan di masukin ke memekku yah", ujarnya dengan bicara tanpa malu.

Setelah beberapa lama memendam rasa ingin berhubungan dengan pacarku, akhirnya ketika libur sekolah 2007 kemarin aku meminta ijin kepada orang tuaku untuk berjalan-jalan ke Surabaya bersama teman-temanku. Dan kedua orang tuaku mengijinkan aku untuk pergi ke Surabaya untuk beberapa hari.

Singkat cerita, sebenarnya aku pergi ke Surabaya sendiri. Tidak di temani satu orangpun. Dari membeli tiket pesawat, transportasi dll. Ketika aku sampai di sana. Pacarku langsung menjemputku. Baru pertama kali ini aku melihat dia. Dia begitu cantik, sexy, dan kulitnya cokelat matang dan mulus sekali. Aku melihat bagian tubuhnya dari atas sampai bawah tidak ada satu bagian tubuhnya yang terlewatkan untukku perhatikan. Buah dada nya yang ukurannya cukup besar.

Dia memakai rok mini sebatas paha dan kaos T-shirt yang ketat dan tidak berlengan. Batang kemaluan aku pun di buat tegang ketika melihat keindahan tubuhnya. kapan lagi gue bisa ngerasain cewe kaya gini batinku

Kemudian aku pun di antar dia ke sebuah hotel dekat tempat kostnya di Surabaya.
Ketika sampai di hotel. Dia pun memesankan satu kamar buat aku dan dia untuk melakukan hubungan sexsual. Dan kami pun masuk ke kamar hotel.

"Len, cantik banget kamu Say", godaku.
"ach masa? Kamu juga gagah dan ganteng yank", ujarnya dengan suara genit
"Serius len, aku biasa Cuma liat kamu di foto tapi sekarang bisa langsung liat kamu secara langsung. Aku kagum sekali punya pacar kaya kamu", ujarku
"Huw, dasar kamu!!", sambil tertawa canda

Setelah duduk-duduk aku pun sudah tidak sabar ingin merasakan ciuman hangatnya. Ketika duduk di sofa aku pun langsung menciumnya dengan penuh nafsu. Dan dia juga membalas ciumanku dengan lembut. Dan lidah aku menjilat-jilat bibir dia. Ini baru pertama kalinya aku merasakan ciuman yang sangat menebarkan hatiku. Sehingga puncak nafsuku naik.dan aku pun memeluknya dengan erat sambil menciumi lehernya.

"Say, kapan nich di servicenya?", tanyaku.
"Sante aja atuh, lagian kan kita belum makanujarnya."

Kemudian kami pun memesan makanan terlebih dahulu dan setelah makan kami pun masuk ke kamar untuk menuntaskan nafsu aku.

Setelah masuk kamar dan kunci kamar aku kunci. Aku pun langsung merebahkan dia ketempat tidur dan tanpa malu-malu aku lumat bibir manisnya itu dengan bibirku. Dan dia juga menghambar lumatanku. Sehingga kami pun bercinta dengan romantis.

"say, hebat banget kamu cium akunya", Goda Leni dengan tertawa centil.
"yah,iyah lah say. Kapan nich aku di service??", ujarku
"Tanpa menjawab dia pun menciumi bibirku dan perlahan-lahan membuka celanaku dan bajuku, dan dalam sekejap aku pun telanjang bulat di depannya dengan batang kemaluan 17cm yang sudah menegang.

"kamu udah ahli ya say",Kataku.
"Hihihih. Abisnya kontol kamu besar dan bikin aku gemes say", ujarnya.
Kemudian di kocoklah batang kemaluanku yang menegang dengan perlahan dan ragu.
Maklum dia dan aku sama-sama belum pernah bersetubuh sebelumnnya. Sehingga kami pun melakukan apa adanya dengan naluri kenafsuan.

Nikmat sekali kocokannya, tidak pernah terbayang seumur hidupku bila dikocok batang kemaluanku oleh wanita yang cantik dan sexy tersebut. Setelah itu dia pun menciumi kepala penisku yang berbentuk seperti helm dan mulai mengulumnya.

"Mmhh...", ujarku.Merasa kenikmatan.
Sambil mengulum batang kemaluanku, dia pun memegang selangkanganku dan menjilatin buah pler ku yang membuat aku merasa terangsang.
"Aahh.. enak banget Say... terus... mmpphhh", ujarku.ketika merasakan kenikmatan.

Selama 10 menit dia mengulum dan mengocoki batangku dengan berbagai cara. Aku pun mencapai orgasme dan mengeluarkan spermaku kemulutnnya
"Crot... crot... crot...", keluarlah air maniku di mulut pacarku. Leni pun pertama-tama enggan untuk menelan spermaku. Tetapi ku paksa untuk menelannya. Karena aku yakin sperma dapat membuat seseorang wanita awet muda.

Setelah aku mencapai orgasme. Aku pun menciumi dia sambil berbaring di tempat tidur
Say, sini sekarang gantian kamu aku puasin ujarku.sambil meremas-remas buah dada yang sudah mengencang tetapi masih ditutupi kaos.
"Ahh... sini puasin aku, tapi janji yah jangan di masukin atau mencolok memekku", ujarnya.

Aku pun tidak menghiraukan perkataannya dan langsung membuka bajunya dan membuka branya yang berwana pink.
WOW!! Buah dadanya sangat menantang didepanku.
"Belum pernah aku melihat buah dada sebesar ini", kataku kepadanya. Dia pun tertawa kecil sambil merintih keasikan.
Ternyata setelah kuselidiki.ukuran BH-nya 36C. itu cukup besar untuk seorang wanita.

Dengan nafsunya aku menjilati putingnya yang berwarna merah muda. Dan ku hisap dengan penuh nafsu.
"Oohh... Terus Say... Enak bangett... Aachh... mmhh", ujarnya.
Aku pun melanjutkan dengan menyusuri perut hingga selangkangannya serta kedua tanganku terus memeras kedua dada nya yang tergantung bebas. Aku pun kemudian menjilati selangkangannya dan tidak sengaja terkena bibir vaginanya.

"Ahh", katanya ketika mengetahui aku menjilati bibir vaginanya.
"Ups. Sory aku ga sengaja", ujarku.dan aku langsung menghentikan jilatanku.
"Bukan itu Say. Rasanya enak sekali. Aku ingin kau melakukan lebih dari ini", katanya

Tanpa basa basi aku pun langsung membuka CD nya yang berwarna pink itu.
Dan aku pun langsung merasakan dan melihat langsung bentuk memek sebenarnya yang belum pernah kulihat langsung (biasanya aku melihat hanya di BF). Ternyata bentuknya sangat indah dan mungil. Dan bulu kemaluannya pun dirawat setiap hari oleh kekasihku.

"Mantap sekali memekmu say", ujarku.
"Itu kan sudah kurawat hanya untukmu say, jadi jangan di sia-siakan malam ini yah", jawabnya.

Lalu aku pun langsung menjilati vagina nya yang sangat sempit itu.dan aku menjilati bagian klitorisnya sehingga menimbulkan desahan yang nikmat...
ini baru namanya memek perawan, pikirku.
Sekitar 5 menit aku menjilatinya serta memeras buah dadanya, akhirnya dia pun mencapai orgasme dan badannya pun mengejang untuk beberapa saat. Dan pada saat ini lah dia baru pertama kali merasakan orgasme.

"Achh... Ohh... Nikmat sekali Say. Benar juga apa yang kamu bicarakan tentang nikmatnya orgasme", ujarnya sambil menciumi bibirku kecil-keci.
"Ini kan baru permulaan say, nanti kita baru rasakan surga dunia yang sebenarnya", ujarku dengan penuh tahu (padahal aku pun juga belum pernah merasakan bersetubuh dengan wanita).

Setelah 20 menit aku berbaring telanjang bulat dengan dia, napsu birahi aku dan kekasihku pun mulai melonjak. Aku langsung memegang batang kemaluanku dan menyodorkan kepada Leni.
"Len, isep dong say, ga tahan nich", kataku.
Tanpa basa basi pun dia langsung menelan batang kemaluanku yang lumayan panjang semuanya sampai ke buah pler ku. Dan di kocokinya dengan irama yang cepat.

"achh... Ayo say... terus... enakk... ahh...", ujarku menahan nikmat.
Sambil mengulum penisku, aku meminta agar kita bermain dengan gaya 69 (gaya yang sering aku liat di film BF). Dia pun langsung menindih aku dengan arah terbalik. Aku pun dengan leluasa menjelajahi seluruh kewanitaannya.

Ketika aku memainkan klitorisnya dia pun menambah terangsang.
"Achh... Nikmat say... Ayo cepat ahh... Aku ga sabar pingin di masukin kontol kamu", ujarnya.
Tanpa bicara dia pun langsung melentangkan badannya dan aku pun perlahan-lahan memasukkan penisku yang lumayan besar kedalam vaginanya yang sangat sempit.

"Dah siap keperawananmu aku ambil say?", godaku sambil memegang pantatnya yang begitu montok.
"SudaH Siap Koq!! Cepet masukin ah", ujarnya agak sedikit sebal karena sudah ingin dimasuki kontolku kedalam lubangnya.

Aku pun perlahan memasukan kepala penisku.dia pun merintih kenikmatan... sedikit demi sedikit aku memasukinya dengan menggerakkannya maju mundur. Dan lama kelamaan aku pun merasakan sudah agak mudah memasukinya karena dia vaginanya pun mulai lembap dan basah. Setelah hampir 10 menit akhirnya aku dapet memasukan semua penisku kedalam liang vaginanya...

Selang beberapa menit aku menyodokkan kemaluan aku keliang surganya. Dengan posisi kedua kakinya diletakkan dipundak aku sehingga bibir kemaluannya nongol dan menyempit sedikit-demi sedikit aku gerakkan batang kemaluan aku maju mundur sambil tangan aku meremas kedua belah buah dadanya yang semakin kencang.

"Achh... achh... Nikmat ochh... sshh...", desahnya seiring naik turunnya tubuhnya dan menahan rasa sakit di masukkan oleh kontolku yang besar. Dan ketika aku menyodok naik turun, aku merasakan aku menembus suatu dinding halus, dan psstt... aku pun langsung memberhentikan sodokanku ketika kekasihku pun menjerit kesakitan. Ternyata aku telah mengambil keperawanannya. Kulihat darah keperawanannya mengalir dan berceceran ke sprei tempat tidur kami.

"Say, kamu uda ga perawan lagi", kataku sambil menyodok penisku ke liang vaginanya.
"Gak apa apa say, enak banget rasanya, kalau tau rasanya kaya gini, dari dulu pasti aku uda ga bakal jadi perawan lagi', ujarnya.
"Dasar kamu!! Hoki aku yang ngambil keperawanan kamu", balasku sambil penuh canda dan akupun melanjutkan permainan kami dengan penuh sensasi.

Sekali-sekali aku menciumi pundaknya dan meremas payudaranya yang bergelantungan dengan bebas. Ini emang pengalaman yang menyenangkan batinku.
Setelah itu kami pun mencoba doggy style walaupun tidak mahir aku pun mengikuti birahiku. Semakin lama aku menggoyangkan tubuhku serta meremas puting yang indah itu. Aku pun semakin menggeliat-geliat tak tertahankan.

Aku terdiam sejenak merasakan hangat dan denyut memek kekasihku. Kurasakan kontolku mulai berdenyut-denyut dan ngilu-ngilu enakk... dan akupun makin mempercepat gerakan-gerakan maju mundur.. sampai akhirnya kurasakan ngilu... geli... yang amat sangat... aku tak tahan lagi, kutekan kontolku sedalam-dalamnya.


"Achh... aku mau keluar say... mhh...", ujarku.
"Ohch... oachh... achh... aku juga mau keluar say. Barengan aja", katanya.
"Aku keluar didalam aja yah?", tanyaku.
"Yah. Didalam aja. Ochh... 2 hari lagi uda mau dapet... Ahh...", balasnya sambil menjerit kenikmatan.

Aku pun langsung mempercepat irama dan Leni pun menggoyangkan pantatnya semakin kencang dan berputar-putar seperti orang kesurupan dan sesekali dia merintih kenikmatan.

"Crot... Crot... Crot...", kurasakan tubuhku bergetar keras seperti menggigil kedinginan. kekasihku dengan erat mencekengkram pundakku dan tubuhnya ikut menggelinjang seperti ngilu. Air maniku yang hangat seluruhnya tumpah kedalam liang vaginanya. Sungguh ini baru namanya surga dunia. Dan keperjakaan aku pun sudah diambil oleh kekasihku sendiri. Ternyata lebih nikmat di bandingkan onani yang kulakukan setiap hari. Dan aku pun mencabut penisku dari vaginanya dan terbaring lemas.

"Gimana? Surga dunia?", tanyaku sambil mengatur napas karena kelelahan.
"Enak banget say. Bukannya surga dunia, tapi surganya surga", jawabnya sambil tertawa kecil dan berbaring di pangkuanku.

Kemudian kami pun ketiduran telanjan bulat Cuma di tutupi selimut. Sampai kira-kira jam 9 malam (tidak terlalu jelas waktunya karena waktu itu aku masih tertidur pulas). Aku merasakan ada yang menjilati penisku. Ketika kulihat, ternyata kekasihku sedang menghisap penisku karena ketagihan dan napsu birahinya mulai melonjak.

Dan pada malam itu pun kami bersetubuh lagi hingga 6 kali. Tentu dengan orgasme yang lebih nikmat dan permainan yang baru. Karena sudah tidak ragu-ragu dalam melakukan persetubuhan ini.

Dan setelah aku balik ke Jakarta dia pun kadang-kadang datang ke Jakarta hanya untuk bersetubuh denganku, sebab dia tidak mau bersetubuh dengan orang lain selain aku. dia setiap hari melakukan masturbasi untuk menuntaskan kenafsuannya ketika dia berada di Surabaya. Dia biasanya 2 atau 3 bulan sekali datang ke Jakarta untuk menuntaskan napsu birahinya kepadaku. Aku pun sangat senang untuk melayaninya.

Begitulah pengalaman pribadi aku. Mohon maaf apabila terjadi kesalahpahaman tulisan karena aku bukanlah orang yang pandai bercerita. Aku akan berusaha membagikan pengalaman aku yang lebih seru lagi.

Rabu, 10 Juni 2009

Mama Tiriku, Guru Seksku



Aku memang punya 'kelainan' yaitu Oedipus Complex, senang dan terangsang bila melihat wanita lebih tua (STW) yang cantik. Nafsuku akan menggebu-gebu. Semua itu berpengaruh di tempat tidur karena akan lebih hot karena dasarnya aku suka sekali. Pengalaman berikut adalah yang aku alamin saat remaja. Mungkin pula pengalaman ini yang membekas di pikiranku secara psikologis sehingga aku menjadi lelaki yang suka wanita lebih tua. Pengalaman di bawah ini nggak akan pernah aku lupa.

Saat usia 10 tahun, Papa dan Mama bercerai karena alasan tidak cocok. Aku sebagai anak-anak sih nerima aja tanpa bisa protes. Saat aku berusia 15 tahun, Papa kawin lagi. Papa yang saat itu berusia 37 tahun kawin dengan Tante Nuna yang berusia 35 tahun. Tante Nuna orangnya cantik, setidaknya pikiranku sebagai lelaki di usia ke 15 tahun yang sudah mulai merasakan getaran terhadap wanita. Tubuhnya tinggi, putih, pantatnya berisi dan buah dadanya padat. Saat menikah dengan Papa, Tante Nuna juga seorang janda tapi nggak punya anak.

Sejak kawin, Papa jadi semangat hidup berimbas ke kerjanya yang gila-gilaan. Sebagai pengusaha, Papa sering keluar kota. Tinggallah aku dan ibu tiriku di rumah. Lama-lama aku jadi deket dengan Tante Nuna yang sejak bersama Papa aku panggil Mama Nuna. Aku jadi akrab dengan Mama Nuna karena kemana-mana Mama minta tolong aku temenin. Di rumah pun kalo Papa nggak ada aku yang nemenin nonton TV atau nonton film VCD. Aku senang sekali dimanja sama Mama baruku ini.

Setahun sudah Papa kawin dengan Mama Nuna tapi belom ada tanda-tanda kalo aku bakalan punya adik baru. Bahkan Papa semakin getol cari duit dan sering banget keluar kota. Aku dan Mama Nuna semakin akrab aja. Sampai-sampai kami seperti tidak ada batasan sebagai anak tiri dan ibu tiri. Kami mulai sering tidur di satu tempat tidur bersama. Mama Nuna mulai nggak risih untuk mengganti pakaian di depanku walaupun tidak bener-bener telanjang. Tapi terkadang aku suka menangkap basah Mama Nuna lagi berpolos ria mematut di depan kaca sehabis mandi. Beberapa kali kejadian aku jadi hapal kalo setiap habis mandi Mama pasti masuk kamarnya dengan hanya melilitkan handuk dan sesampai di kamar handuk pasti ditanggalkan.

Beberapa kali kejadian aku membuka kamar Mama yang nggak dikunci aku kepergok Mama Nuna masih dalam keadaan tanpa sehelai benang sedang bengong di depan cermin. Lama-lama aku sengajain aja setiap selesai Mama mandi beberapa menit kemudian aku pasti pura-pura nggak sengaja buka pintu dan pemandangan indah terhampar di mata mudaku. Sampai suatu ketika, mungkin karena terdorong nafsu laki-laki yang mulai menggeliat di usia 16 tahun, aku menjadi bernafsu besar ketika melihat Mama sedang tiduran di kasur tanpa pakaian. Matanya terpejam sementara tangannya menggerayang tubuhnya sendiri sambil sedikit merintih. Aku terpana di depan pintu yang sedikit terbuka dan menikmati pemandangan itu. Lama aku menikmati pemandangan itu. Kemaluanku berdiri tegak di balik celana pendekku. Ah, inikah pertanda kalo anak laki-laki sedang birahi? batinku. Aku terlena dengan pemandangan Mama Nuna yang semakin hot menggeliat-geliat dan melolong. Tanpa sadar tanganku memegang dan memijit-mijit si otong kecil yang sedari tadi tegang. Tiba-tiba aku seperti pengen pipis dan ahh koq pipisnya enak ya. Akupun bergegas ke kamar mandi seiring Mama Nuna yang lemas tertidur.

Kejadian seperti jadi pemandanganku setiap hari. Lama-lama aku jadi bertanya-tanya. Mungkinkah ini disengaja sama Mama? Dari keseringan melihat pemandangan ini rupanya terekam di otakku kalau wanita cantik itu adalah wanita yang lebih dewasa. Wanita berumur yang cantik di mataku terlihat sangat sexy dan sangat menggairahkan.

Suatu siang sepulang aku dari sekolah aku langsung ke kamarku. Seperti biasa aku melongok ke kamar Mama. Kulihat Mama Nuna dalam keadaan telanjang bulat sedang tertidur pulas. Kuberanikan untuk mendekat. Mumpung perempuan cantik ini lagi tidur, batinku. Kalau selama ini aku hanya berani melihat Mama dari balik pintu kali ini tubuh cantik tanpa busana bener-bener berada di depanku. Kupelototi semua lekuk liku tubuh Mama. Ahh, si otong bereaksi keras, menyentak-nyentak ganas. Tanpa kusadari, mungkin terdorong nafsu yang nggak bisa dibendung, kuberanikan tanganku mengusap paha Mama Nuna… pelan… pelan. Mama diam aja, aku semakin berani. Kini kedua tanganku semakin nekad menggerayang tubuh cantik Mama tiriku. Kuremas-remas buah dada ranum dan dengan naluri plus pengetahuan dari film BF. Aku bertindak lebih lanjut dengan mengisap puting susu Mama. Mama masih diam, aku makin berani. Terinspirasi film blue yang kutonton bersama temen-temen, aku tanggalkan seluruh pakaianku dan si otong dengan marahnya menunjuk-nujuk. Aku tiduran di samping Mama sambil memeluk erat.

Aku sedikit sadar dan ketakutan ketika Mama tiba-tiba bergerak dan membuka mata. Mama Nuna menatapku tajam.

"Ngapain Ndy? Koq kamu telanjang juga?" tanya Mama.

"Maaf ma, Andy khilaf, abis nafsu liat Mama telanjang gitu" jawabku takut-takut.

"Kamu mulai nakal ya" kata Mama sambil tangannya memelukku erat. "Ya udah Mama juga pengen peluk kamu, udah lama Mama nggak dipeluk papamu. Mama tadi kegerahan makanya ...

...Mama telanjang, e nggak taunya kamu masuk" jelas Mama.

Yang nggak kusangka-sangka tiba-tiba Mama mencium bibirku. Dia mengisap ujung lidahku, lama dan dalam, semakin dalam. Aku bereaksi. Naluri laki-laki muda terpacu. Aku membalas ciuman Mama tiriku yang cantik. Semuanya berjalan begitu saja tanpa direncanakan. Lidah Mama kemudian berpindah menelusuri tubuhku.

"Kamu sudah dewasa ya Ndy, gak apa-apa kan kamu Mama perlakukan seperti papamu" gumam Mama disela telusuran lidahnya. "Punya kamu juga sudah besar, belom sebesar punya papamu tapi lebih keras dan tegang", cerocos Mama lagi.

Aku hanya diam menahan geli dan nikmat. Mama lebih banyak aktif menuntun (atau mengajariku). Si otong kemudian dijilatin Mama. Ini membuat aku nggak tahan karena kegelian. Lalu punyaku dikulum Mama. Oh indah sekali rasanya. Lama aku dikerjain Mama cantik ini seperti ini.

Mama kemudian tidur telentang, mengangkangkan kaki dan menarik tubuhku agar tiduran di atas tubuh indahnya. Mama kemudian memegang punyaku, mengocoknya sebentar dan mengarahkan ke selangkangan Mama. Aku hanya diam saja. Terasa punyaku sepertinya masuk ke vagina Mama tapi aku tetep diam aja sampai kemudian Mama menarik pantatku dan menekan. Berasa banget punyaku masuk ke dalam punya Mama. Pergesekan itu membuat merinding. Secara naluri aku kemudian melakukan gerakan maju mundur biar terjadi lagi gesekan. Mama juga menggoyangkan pinggulnya. Mama yang kulihat sangat menikmati bahkan mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya sehingga aku seperti sedang naik kuda di atas pinggul Mama.

Tiba-tiba Mama berteriak kencang sambil memelukku erat-erat, "Andyy, Mama enak Ndy" teriak Mama.

"Ma, Andy juga enak nih mau muncrat" dan aku ngerasain sensasi yang lebih gila dari sekedar menonton Mama kemarin-kemarin.

Aku lemes banget, dan tersandar layu di tubuh mulus Mama tiriku. Aku nggak tau berapa lama, rupanya aku tertidur, Mama juga. Aku tersadar ketika Mama mengecup bibirku dan menggeser tubuhku dari atas tubuhnya. Mama kemudian keluar kamar dengan melilitkan handuk, mungkin mau mandi. Akupun menyusul Mama dalam keadaan telanjang. Kuraba punyaku, lengket sekali, aku pengen mencucinya. Aku melihat Mama lagi mandi, pintu kamar mandi terbuka lebar. Uhh, tubuh Mama tiriku itu memang indah sekali. Nggak terasa punyaku bergerak bangkit lagi. Dengan posisi punyaku menunjuk aku berjalan ke kamar mandi menghampiri Mama.

"Ma, mau lagi dong kayak tadi, enak" kini aku yang meminta.

Mama memnandangku dan tersenyum manis, manis sekali. Kamipun melanjutkan kejadian seperti di kamar.

Kali ini Mama berjongkok di kloset lalu punyaku yang sedari tadi mengacung aku masukkan ke vagina Mama yang memerah. Kudorong keluar masuk seperti tadi. Mama membantu dengan menarik pantatku dalam-dalam. Nggak berapa lama Mama mengajak berdiri dan dalam posisi berdiri kami saling memeluk dan punyaku menancap erat di vagina Mama. Aku menikmati ini, karena punyaku seperti dijepit. Mama menciumku erat. Baru kusadari kalau badanku ternyata sama tinggi dengan mamaku. Dalam posisi berdiri aku kemudian merasakan kenikmatan ketika cairan kental kembali muncrat dari punyaku sementara Mama mengerang dan mengejang sambil memelukku erat. Kami sama–sama lunglai.

Setelah kejadian hari itu, aku selalu melakukan persetubuhan dengan Mama tiriku. Hampir setiap hari sepulang sekolah, bahkan sebelum berangkat sekolah. Lebih gila lagi kadang kami melakukan walaupun Papa ada di rumah. Sudah tentu dengan curi-curi kesempatan kalo Papa lagi tidur. Kehadiran Papa di rumah seperti siksaan buatku karena aku nggak bisa melampiaskan nafsu terhadap Mama. Aku sangat menikmati. Aku senang kalo Papa keluar kota untuk waktu lama, Mama juga seneng. Mama terus melatih aku dalam beradegan sex. Banyak pelajaran yang dikasih Mama, mulai dari cara menjilat vagina yang bener, cara mengisap buah dada, cara menggenjot yang baik. Pokoknya aku diajarkan bagaimana memperlakukan wanita dengan enak. Aku sadar kalo aku menjadi hebat karena Mama tiriku.

Sekitar setahun lebih aku menjadi pemuas Mama tiriku menggantikan posisi ayah. Aku bahkan jatuh cinta dengan Mama tiriku ini. Nggak sedetikpun aku mau berpisah dengan mamaku, kecuali sekolah. Di kelas pun aku selalu memikirkan Mama di rumah, pengen cepet pulang. Aku jadi nggak pernah bergaul lagi sama temen-temen. Sebagai cowok yang ganteng, banyak temen cewek yang suka mengajak aku jalan tapi aku nggak tertarik. Aku selalu teringat Mama. Justru aku akan tertarik kalo melihat bu guru Ratna yang ... ...umurnya setua Mama tiriku atau aku tertarik melihat bu Henny tetanggaku dan temen Mama.

Tapi percintaan dengan Mama hanya bertahan setahun lebih karena kejadian tragis menimpa Mama. Mama meninggal dalam kecelakaan. Ketika itu seorang diri Mama tiriku mengajak aku nemenin tapi aku nggak bisa karena aku ada les. Mama akhirnya pergi sendiri ke mal. Di jalan mobil Mama tabrakan hebat dan Mama meninggal di tempat. Aku merasa sangat berdosa nggak bisa nemenin Mama tiriku tercinta. Aku shock. Aku ditenangkan Papa.

"Papa tau kamu deket sekali dengan Mama Nuna, tapi nggak usah sedih ya Ndy, Papa juga sedih tapi mau bilang apa" kata papaku.

Selama ini papaku tau kalo aku sangat deket dengan Mama. Papa senang karena Papa mengira aku senang dengan Mama Nuna dan menganggapnya sebagai Mama kandung. Padahal kalau Papa tau apa yang terjadi selama ini. Aku merasa berdosa terhadap Papa yang dibohongi selama ini.

Tapi semua apa yang diberikan Mama Nuna, kasih sayang, cinta dan pelajaran sex sangat membekas di pikiranku. Sampai saat ini, aku terobsesi dengan apa semua yang dimiliki Mama Nuna dulu. Aku mendambakan wanita seumur Mama, secantik Mama, sebaik Mama dan hebat di ranjang seperti Mama tiriku itu. Kusadari sekarang kalo aku sangat senang bercinta dengan wanita STW semuanya berawal dari sana.

Rahasia Pacar Teman Kosku


Sebut saja nama saya Ari. Sudah menikah dan punya 1 orang anak. Saya tinggal diwilayah yang masuk sebagai wilayah Bogor tapi saya bekerja di Jakarta. Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami, saya minta maaf kalau cara saya bercerita tidak begitu bagus karena saya memang bukan penulis. Awalnya adalah ketika saya kuliah di Bandung dan jauh dari orangtua. Karena jauh dari ortu maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru terutama tentu saja soal seks. Dari info2 yang saya terima dari teman-teman yang berpengalaman, saya tau banyak hal-hal yang berkaitan dengan seks. Penyewaan LD porno ( waktu itu belum jaman VCD hehehe ), majalah, stensilan, tempat perempuan yang bisa diajak gituan, tempat jual obat kuat, obat tidur, alat kontrasepsi ( kalo ini mah dimana2 juga banyak ). Kalo soal gaya dan posisi2 seks itu sih belajarnya dari film. Saya sendiri masih perjaka saat itu dan sudah sangat ingin melepaskan keperjakaan saya ( hehehe… ). Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar juga. Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yang 90% isinya cowok jadi ya persaingannya ketat. Saya sendiri bukan termasuk cowok yang beruntung alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tidak punya pacar. Padahal saya udah dapat banyak “ilmu” dari teman-teman saya terutama dari Rashid, teman kosku yang sudah ambil tugas akhir. Dia kuliahnya beda jurusan tapi masih sekampus. Saya bahkan sudah diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dengan pacar kita tanpa memaksanya meski awalnya dia tidak mau. Ajaran itu tidak ajaib-ajaib amat karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang tergantung situasinya. Trik yang berbahaya memang tapi kagak bisa juga dipraktekin juga ( karena kejombloanku itu ). Namun akhirnya berkat trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tapi rupanya trik itu menjadi senjata makan tuan. Berkat trik dari Rashid itu aku berhasil menyetubuhi Rani, pacar Rashid sendiri, dan sampai kini Rashid tidak mengetahuinya. Itupun bukan aku yang melakukan trik tersebut tapi Kamil, anak kost satu lagi teman kita berdua, dan aku cuma kecipratan “getah” enaknya saja. Ceritanya Rashid itu doyan gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia setubuhi. Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya Rani. Dibilang serius karena kata Rashid dengan Rani inilah dia ingin menikah. Di mata Rashid, Rani adalah cewek yang sempurna. Kalau dari segi fisik, Rani memang seksi, cantik, putih dan montok. Payudaranya lumayan menantang dengan pinggul dan perut yang ramping. Rambut panjang dengan wajah yang menawan. Rani sering berkunjung ke kamar kost Rashid. Entah datang sendiri atau datang bersama Rashid. Mungkin Rashid meenjemputnya terlebih dahulu karena Rani kuliah di universitas yang berbeda. Rasanya setiap kali Rani datang berkunjung, mereka selalu “main” dalam kamar Rashid. Itu ditandai dari suara rintihan Rani yang sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Rashid. Meski setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tapi tetap saja ada suara yang terdengar ketika mereka sedang bersetubuh. Malah terkadang ada suara jeritan dari Rani ketika dia mencapai puncak kenikmatannya. Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka telah selesai atau telah tertidur. Tapi jika Rashid hasratnya sedang menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Rani terus menerus seperti kuda liar sepanjang siang atau sepanjang malam tergantung waktu kedatangan Rani. Ini ditandai dengan suara rintihan Rani yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus dari arah kamar Rashid. Tidak jarang Rani sampai bermalam di kamar Rashid meski tidak pernah sampai berhari-hari. Demikianlah, Rashid si raja sesat, begitu kami menyebutnya dan kegiatan birahinya dengan Rani. Kami dua anak kost yang lain hanya bisa maklum dan mencemburui “keberuntungan” Rashid. Oh ya di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yang diisi oleh Rashid, Kamil dan aku. Kamil juga sudah punya pacar tapi pacarnya itu sangat alim sehingga menolak melakukan hal-hal yang “aneh-aneh”. Tapi Kamil juga sudah tidak perjaka. Dia melakukan seks pertama kali sejak SMA dan di tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta dimana mereka selalu bercinta setiap kali bertemu. Hubungan mereka akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain. Kamil juga berasal dari kampus yang sama dengan kami dan dia setahun belakangan masuk kuliahnya dari Rashid. Jadi mereka berdua adalah seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku. Baik Rashid, Rani dan Kamil ketiganya berasal dari Jakarta. Hari itu Rashid mengerjakan tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Kamil asik mengobrol saja di depan kamar masing-masing. Pukul 8 malam, Rani datang dan menyapa kami. Kamil mengatakan bahwa Rashid masih di kampus dan kemungkinan akan pulang tengah malam. Mendengar itu Rani mengatakan akan menunggu di kamar Rashid saja. Mungkin Rashid belum memberitahunya sehingga Rani datang “terlalu cepat”. Jaman itu komunikasi belum selancar sekarang karena belum jamannya HP maupun pager. Rani pun masuk ke dalam kamar Rashid dan menunggu pacarnya itu pulang. Rani memang punya kunci cadangan Rashid sehingga leluasa keluar-masuk kamarnya. Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat itu ketika Rashid sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus. Hal ini sebenarnya tidak dibolehkan oleh ibu kost kami tapi ibu kost kami tidak mengetahuinya. Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa tamu perempuan tapi dia tidak pernah mengontrol kegiatan kami di kamar masing-masing. Ketiga kamar kost kami ada diatas dan memiliki pintu belakang yang tidak bisa dilihat dari arah rumah utama dimana keluarga ibu kost tinggal. Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Kamil masuk kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Sekitar pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas untuk membuat susu. Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak kost sedang ada tamu. Aku bisa mendengar percakapan mereka. Dari pembicaraan yang kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan ibunya Rashid. Wah gimana ini, pikirku. Mereka pasti akan naik ke kamar Rashid dan kalau sampai memergoki Rani didalamnya, bisa gawat urusannya. Aku tidak jadi mengambil air panas dan segera keatas dan berpikir untuk memberitahu Kamil. Biar dia yang memberitahu Rani karena dia lebih senior dari aku dan dia yang lebih mengenal Rashid serta Rani. Aku mengetuk kamar Kamil dan begitu dia membuka pintu aku segera memberitahu situasinya. Dia berpikir sebentar. Kemudian dia bukannya keluar untuk memberitahu Rani, malah masuk kembali ke kamarnya. “Tunggu sebentar”, katanya. “Wah, gimana sih, kok malah masuk lagi”, kataku. “Sebentar Ri”, katanya lagi dari dalam kamarnya. Rasanya agak lama juga aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil nyengir. “Ngapain bos?”, tanyaku. “Ah enggak ga apa-apa”, jawabnya. Kita ke kamar Rashid lalu Kamil pun mengetuknya. Tidak langsung dibuka sehingga Kamil harus mengetuknya lagi. Sementara itu di ujung bawah tangga sudah terdengar suara percakapan. Dari suaranya, aku segera tahu bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Rashid dan bapak kost kami. Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Kamil saling berpandang-pandangan dengan panik. “Ri, do something, lo kesana cegat mereka!”, kata Kamil. “Trus ngapain?”, tanyaku kebingungan. “Ngapain kek, ajak ngobrol kek, yang penting mereka jangan naik dulu. Udah kesono cepetan”, perintahnya. Maka akupun berlari turun berpura-pura mau mengambil air panas dan dibawah diujung tangga aku bertemu mereka. Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat. Aku beritahu bahwa Rashid masih di kampus mengerjakan tugas sehingga bapak kost terpaksa balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan. Sambil menunggu bapak kost, aku bercerita bahwa Rashid sedang sibuk karena tugas akhir yang dikerjakannya. Setelah bapak kost kembali dengan kunci cadangan, aku tidak bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera naik. Aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan dengan menghalang-halangi mereka naik. Di bawah segera setelah aku mengisi termos kecilku akupun naik kembali ke atas. Di atas aku lihat bapak kost baru saja membuka pintu kamar Rashid dan menyilahkan kedua orang tua Rashid untuk masuk. “Hufff….sukurlah”, pikirku, “situasinya sudah terselamatkan. Hampir saja”. “Eh tapi kemana mba Rani ya?”. Tidak mungkin dia keluar lewat pintu belakang karena aku tidak mendengar suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sudah digrendel. Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah. Disamping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yang keluar masuk lewat pintu belakang pasti akan terlihat oleh orang tua Rashid dan bapak kost. Jadi kemana mba Rani ya?. Pintu kamar Rashid telah ditutup dan aku mendengar suara orangtua Rashid yang entah mengomentari apa dalam kamar anak mereka. Aku juga tidak melihat Kamil. Apa mba Rani ngumpet di kamar Kamil? Yah pasti begitu, pikirku. Cuma itu kemungkinan yang paling baik dan paling masuk akal. Begitulah analisaku. Aku segera menemukan jawabannya karena Kamil keluar dari kamarnya menemuiku yang masih sibuk mengamati keadaan. Dia merangkulku dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dengan suara pelan nyaris berbisik. “Ri, lo jangan bilang Rashid ya kalo Rani kesini malam ini?”, katanya. “Loh, kenapa?”, tanyaku heran. “Pokoknya jangan deh”, katanya lagi tersenyum nakal. “Iya tapi kenapa? Emangnya ada apa?”, tanyaku lagi masih tidak mengerti. “Gini aja deh. Lo jangan bilang Rashid dan gue janji 1 atau 2 jam lagi lo akan dapat kejutan istimewa”. “Kejutan apaan sih? Gak ngerti ah!”, kataku lagi. Dalam hati rasanya aku mulai mengerti akan rencana “busuk” Kamil tapi aku masih belum yakin. Apakah dia akan…..? Ah tidak, tidak mungkin. Kamil dan Rashid berteman baik, tidak mungkin Kamil sampai tega melakukannya. Tapi kalau soal urusan nafsu, siapa yang tahu. Ah sudahlah aku ikuti saja kemauan Kamil dan menunggu perkembangannya. Kami berdua masuk kamar dan sebelum masuk kamar Kamil mengedipkan matanya padaku. Aku menunggu dengan berdebar-debar dalam kamar. Apakah mereka akan melakukannya? Apakah Rani mau mengkhianati Rashid? Semudah itu? Dan bagaimana caranya? Lalu setelah mereka selesai maka benarkah setelah itu giliranku agar aku tutup mulut. Begitukah? Wah…kalau benar begitu maka inilah malam dimana aku kehilangan keperjakaanku. Bagaimana kalau sampai Rashid tahu? Pikiran-pikiran itu memenuhi otakku sambil menunggu dengan harap-harap horny. Hehehehe… Tidak sampai 1 jam rasanya aku mendengar suara-suara “aneh” dari kamar Kamil. Suaranya seperti suara rintihan yang teredam. Aku mendengar terus dengan seksama. Yak, aku yakin itu suara Rani dan sepertinya Kamil sudah berhasil menyetubuhinya. Aku mengenal dengan baik suara rintihan Rani jika sedang disetubuhi oleh Rashid. Tapi kali ini bukan Rashid yang melakukannya tapi teman baiknya, Kamil. Dan aku terlibat dalam persekongkolan itu. Ada rasa bersalah terhadap Rashid tapi nafsuku lebih menguasaiku. Ini juga sebagai pelajaran bagi Rashid yang suka memamerkan pacarnya sama kami. Lagian kan dia juga yang mengajarkan sama kita bagaimana cara mendapatkan cewek hingga menidurinya. Duh, aku tidak sabar menunggu giliranku. Sudah 15 menit sejak aku mendengar suara rintihan Rani dan sepertinya suara rintihan itu sudah hilang. Apakah mereka sudah selesai? Bagaimana kalau mereka tertidur? Wah…bisa-bisa aku gak “kebagian”. Karena mendapat pikiran seperti itu, aku segera bangkit dan keluar kamarku. Aku mengetuk kamar Kamil dengan pelan. Tak lama aku dengar suara Kamil dari dalam kamarnya. “Siapa?”, tanyanya pelan. “Gue, Ari”, jawabku juga dengan pelan. Dia membuka pintunya sedikit dan aku lihat wajahnya yang meski agak memerah tapi tersenyum sumringah. “Udah gak sabaran lu ye?”, katanya sambil membuka pintu lebar menyilahkan aku masuk. Ternyata Kamil bertelanjang bulat dan tidak mengenakan apapun di tubuhnya. Badannya penuh keringat dan kontolnya masih basah yang meski sudah agak melemas tapi masih terlihat tegang. Namun yang paling menarik perhatianku adalah pemandangan yang tersaji di atas ranjang Kamil. Seorang mahluk cantik yang sangat seksi bertelanjang bulat dengan tubuh putihnya nan indah penuh dengan keringat yang memantulkan cahaya kamar sehingga memperlihatkan erotisme yang luar biasa. Tubuh indah itu pasti mengundang birahi setiap lelaki normal yang memandangnya. Rani tersenyum agak malu melihatku. Dia merubah posisinya yang tadinya telentang lalu kemudian melipat kakinya menutup veggynya. Dia juga berusaha menutup payudaranya dengan tangannya. Aku masih terdiam dan melongo. Beberapa kali aku menelan ludah menyaksikan keindahan tubuhnya. Tingkahku itu mungkin membuat Rani menjadi grogi. “Hey…kenapa bengong? Baru pertama lihat cewek telanjang ya?”, katanya lagi sambil cekikikan. Kamil kemudian mendorongku, “Udah situ…ambil jatah lo, itu adik lo udah bangun tuh”. Kamil dan Rani tertawa menyaksikan tonjolan dalam celana pendekku. Kontolku memang sudah berdiri sejak tadi dan membuat celana pendekku terlihat menonjol. Aku memang tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan celana pendek beserta kaos oblong. Kamil kemudian duduk di kursi dalam kamarnya. Akupun duduk di ranjang Kamil tidak tahu harus bagaimana. Rani kemudian bangkit dari tempat tidur. “Sebentar ya, aku ke kamar mandi dulu. Sperma Kamil banyak banget nih”, katanya. Sewaktu Rani bangkit dan berjalan ke kamar mandi memang dari dalam veggy Rani mengalir turun ke pahanya yang putih mulus itu cairan putih kental. Veggy Rani terlihat agak melebar dengan warna kemerahan. Kamil hanya tertawa kecil saja melihat hasil perbuatannya. Sewaktu Rani di kamar mandi, Kamil memberi tanda acungan jempol padaku. Entah apa maksudnya. “Buka dong baju lo semua”, kata Kamil kemudian. Akupun menelanjangi diriku. Aku tidak perduli lagi disitu ada Kamil. Begitu aku menarik turun celanaku, kontolku melenting keatas. Hal itu dilihat oleh Rani yang sedang melap veggynya. Dia tertawa, “Duh…udah langsung gede gitu ya?”, katanya. Dengan tubuh indahnya yang telanjang, Rani mendekat kearahku. Saking tingginya hasratku, lututku sampai gemetar dan aku seperti menggigil kedinginan. Rani kemudian mengambil lotion ditasnya dan membalurkannya ke kontolku yang sudah sangat keras. Rasanya nikmat kontolku di gosok dengan tangan lentik Rani yang cantik itu. “Mil…gemukan ini dari punya lo”, ujarnya sambil menatap Kamil. Kamil hanya tersenyum. “Gitu ya?”, jawab Kamil. “Kamu baring deh,” kata Rani kemudian. Akupun baring di ranjang dan Rani kemudian mengambil posisi untuk memasukkan veggynya ke dalam kontolku. Detik detik kehilangan keperjakaanku aku saksikan dengan seksama dan dalam kenikmatan yang senikmat-nikmatnya. Hehehehe…. Pelan-pelan dia menurunkan pantatnya yang montok itu dan veggynya pelan-pelan menelan kontolku yang sudah berdiri dengan kerasnya. Aku melihat bagaimana bibir veggy Rani membuka dan seolah menghisap kontolku masuk ke dalamnya. Expressi Rani juga mengagumkan. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat mengeden seperti orang sedang buang air besar. Tubuhnya sampai gemetar ketika melewati bagian tergemuk dari kontolku. “Ehhhhgggg….duh gemuk amat sih nih burung”, katanya sambil mendesah. Setelah veggynya menelan habis kontolku, dia berhenti sejenak mengambil nafas. “Kamu udah gak perjaka sekarang”, katanya menggodaku. “Iya mba, makasih ya”, jawabku sambil mencium bibirnya. Dia pun mulai menggoyang pantatnya naik turun. Uuuuuggghhhh….nikmat benarrr.. Jadi ini yang disebut kenikmatan seks. Jauh lebih enak dari masturbasi. Pantesan banyak orang yang ketagihan. Apalagi Rani sangat piawai menggoyang pantatnya. Kadang di maju mundurin. Kadang diputer kaya nguleg sambel. Tentu saja tanpa melupakan gerakan naik turunnya yang erotis itu. Payudaranya ikut berayun mengikuti irama goyangannya. Secara insting, aku pun mencoba menghisap dan merangsangnya di payudaranya. Ternyata Rani sangat suka. Goyangannya kini ditambah dengan erangannya yang sangat merangsang itu. Rintihan Rani yang selama ini aku dengar sayup-sayup saja, kini aku dengar dengan sangat jelas di telingaku. “Gimana rasanya?”,tanya Rani disela-sela goyangannya. “Enak mba…enak banget”, jawabku. “Kalau mau keluar bilang ya sayang”, katanya tersenyum. Uh cantik benar dia. Cantiknya beda dari biasanya. Cantik erotis. Aku sudah tidak perduli lagi dia pacar temanku. Aku juga tidak perduli ada Kamil disitu. Aku melirik sesaat ke arah Kamil. Aku lihat dia menggosok-gosok kontolnya yang sudah membesar lagi. Mungkin karena belum pengalaman atau karena goyangan Rani yang maut, aku sudah sangat kesulitan menahan muntahan spermaku. Baru 5 menit aku digoyang, aku sudah tidak kuat lagi. “Mba….aku….mau…ke…lu…arr…”. Rani segera menghentikan goyangannya dan mencabut veggynya dari kontolku. Aku agak kecewa juga karena rasa nikmatnya terputus tapi ternyata Rani ingin menelan spermaku. Dia mengocok kontolku dan menadahkan mulutnya dihadapan kontolku. Karena sudah tidak tahan, akupun memuncratkan spermaku. Banyak sekali yang keluar. Rani langsung mewadahi muntahan spermaku itu dengan mulutnya. Dia kemudian menelan sperma sebanyak itu yang ada dimulutnya. Saking banyaknya sampai ada beberapa yang mengalir keluar dari mulutnya. “Sperma perjaka biar awet muda”, katanya sambil tersenyum. Aku terbaring lemas setelah gelombang kenikmatan akibat muncratnya spermaku tuntas. Rani masih dalam posisi setengah menungging di hadapanku sambil memegangi kontolku yang mulai melemas ketika Kamil bangkit dari kursinya dan mendekati kami. Dia berkata, “Rani, kamu masih belum tuntas kan?”, tanyanya sambil memegangi kontolnya yang ternyata sudah menegang kembali. “Huu..kamu tuh ya”, hanya itu komentar Rani sambil tersenyum melihat ****** Kamil yang menghadap kearahnya. Kamil pun mengambil posisi di belakang Rani dan Rani yang sudah tahu apa yang akan terjadi tetap mempertahankan posisi setengah menunggingnya. Kamil kemudian mengangkat pantat Rani agak tinggi dan menariknya kebelakang dengan agak kasar. “Hey…pelan-pelan dong” ujar Rani setengah protes sambil tertawa. Namun tawa Rani segera berhenti dan berubah menjadi “Owwww….”, ketika Kamil menjebloskan kontolnya ke dalam lubang kenikmatan miliknya. Kamil pun segera memompa tubuh indah Rani dan merekapun mulai mengayuh kembali kenikmatan ragawi bersama. Aku yang berada di hadapan mereka melihat dengan jelas bagaimana ekspresi keduanya. Rani dengan mulut terbuka, alis agak berkerut dan tubuh yang terayun-ayun mengikuti pompaan Kamil. Mulutnya mengeluarkan rintihan nikmat, “ah…ah…ah….”. Melihat pemandangan seperti itu, akupun jadi terangsang lagi dan kontolku yang tadinya sudah lemas pelan-pelan mulai menegang kembali. Akupun bangkit dan mengangsurkan kontolku ke mulut Rani yang segera disambar oleh si cantik itu. Kini kedua lubang atas bawahnya telah terisi. Dibawah veggynya digenjot oleh ****** Kamil dan diatas mulutnya disumpal oleh kontolku. Kontolku dikulum dan disedot oleh mulut mungil Rani yang tidak henti-hentinya mendesah karena dientot oleh Kamil. Karena entotan Kamil itu, Rani jadi tidak konsentrasi dalam menghisap milikku. Terkadang dia menggantinya dengan kocokan tangan. Malah semakin lama ketika entotan Kamil semakin kencang, Rani hanya memegangi kontolku tanpa diapa-apakan. Karena posisi kontolku yang begitu dekat dengan wajahnya maka kontolku itu hanya menggesek-gesek pipinya saja. Karena nampaknya Rani kesulitan menangani dua ****** sekaligus maka akupun mengalah. Aku turun dari ranjang dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Kamil. Akupun menyaksikan persetubuhan mereka yang semakin membara. Entah berapa lama, mungkin sekitar 10 menitan, mereka sepertinya akan mencapai puncak kenikmatan bersama. Genjotan Kamil semakin cepat sementara rintihan Rani juga semakin sering dan keras terdengar. Sampai akhirnya Kamil dengan suara agak tersengal berkata,”Ran…gue…udah….mo…nyampe…”. Mendengar itu Rani memutar-mutar pantatnya cepat sekali mengejar kenikmatan yang ingin diperolehnya bersama. Sampai akhirnya dalam suatu hentakan yang keras Kamil membenamkan kontolnya sedalam-dalamnya didalam veggy Rani. “Aaahh….”, teriak mereka hampir berbarengan. Tubuh Rani bergetar hebat dan wajahnya menengadah dengan mata terpejam dan alis berkerut. Mulutnya terbuka lebar sambil memekik “Aahh…Aaaahh…” berkali-kali. Pantatnya didorong-dorongkan kebelakang seolah ingin menelan habis seluruh ****** Kamil yang masih tersisa. Mereka mendapakan puncak kenikmatan berbarengan dan hal itu berlangsung hampir selama 15 detik. Setelah itu mereka pun ambruk bertindihan. Kamil mencabut kontolnya lalu kemudian berbaring telentang disamping Rani yang masih tengkurap. Mereka berdua nampak tersengal-sengal dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Rani kemudian memutar badannya baring menelentang. Mereka berdua nampak kelelahan karena tak lama kemudian mereka tertidur. Aku yang masih merasa nanggung lalu bangkit mendekati ranjang dengan maksud untuk menuntaskan hasratku dalam veggy Rani. Aku tidak perduli dengan Rani yang masih kelelahan. Aku naik keatas ranjang dan menempatkan kontolku dihadapan veggy Rani yang masih tertidur. Dari dalam veggy itu mengalir cairan putih yang meski tidak sebanyak tadi tapi masih cukup jelas terlihat. Aku tidak tahu apakah Rani memang telah tidur atau berpura-pura saja karena ketika aku melap veggynya dengan baju Kamil yang ada diatas lantai, dia tidak bereaksi. Setelah aku yakin veggy Rani sudah cukup kering, pelan-pelan akupun menusukkan kontolku ke dalamnya. Ternyata dia tidak tidur karena meskipun matanya tertutup tapi dia menggigit bibirnya. Akupun mengecup bibir itu ketika kontolku telah terbenam seluruhnya. Dia membuka matanya sambil berpura-pura merajuk, “Kamu tuh masukin barang tanpa minta izin”, katanya. “Habis masih penasaran sih mbak”, ujarku sambil menciuminya dengan gemas. Dia membalas ciumanku dan kita pun berciuman cukup lama sampai akhirnya dia melepaskannya dan berkata sambil tersenyum, “Digoyang dong”. Akupun mulai menaik-turunkan pantatku dengan irama yang lambat. Rani ini memang luar biasa, karena setelah bersetubuh berkali-kali pun, dia masih bisa mengimbangi gerakanku. Dia menjepitkan kakinya dipinggangku sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Awalnya aku mengayuh dengan pelan dan tenang namun seiring dengan bertambahnya rasa nikmat di kontolku akupun meningkatkan tempo kayuhan pantatku. Nikmat yang tak mampu dilukiskan dengan kata-kata dirasakan kontolku. Nikmat itu menjalar ke seluruh tubuhku yang membuat aku semakin cepat mengayuh kenikmatan diatas tubuh Rani pacar teman kostku itu. Aku semakin cepat menggenjotnya dan Rani pun semakin erotis dalam menggoyang pantatnya. Goyangan yang membuat kontolku terasa dipilin dan diperas. Untungnya aku masih bisa menahan deraan kenikmatan yang ditimbulkan oleh jepitan veggy Rani sehingga tidak sampai muncrat terlebih dahulu seperti tadi. Kali ini aku bertekad untuk mengeluarkan spermaku dalam veggy Rani agar proses kehilangan keperjakaanku menjadi lengkap. Demikianlah, pacuan kenikmatan yang ditimbulkan oleh maju-mundurnya kontolku dan goyang “dangdut” pantat Rani berlangsung cukup lama. Kami tidak perduli lagi dengan Kamil yang telah tertidur disamping kami dan orangtua Rashid di kamar sebelah. Rani mulai lagi mengeluarkan rintihan-rintihan birahinya. Sampai akhirnya dia memegangi kedua bongkah pantatku dan mengatur gerakan pantatku agar kontolku menggosok daerah tertentu dalam veggynya. Daerah yang agak kasar dan menonjol dalam veggynya namun menimbulkan efek yang lebih nikmat bagi kepala kontolku. Hal itu semakin menyulitkan aku dalam menahan desakan di ujung kontolku. Karena merasa akan segera keluar, aku mempercepat sodokanku dan ternyata hal itu mempercepat Rani untuk mencapai puncak kenikmatannya. Sodokan-sodokan cepat yang aku lakukan membuat rintihan Rani semakin keras pertanda semakin dekatnya dia dengan puncak kenikmatannya. Akhirnya saat itu tiba. Dengan satu teriakan keras,”Aaaah….”, tubuhnya mengejang dan memelukku erat. Dia mencengkeram pantatku dan menempelkan dengan ketat tubuhnya ke tubuhku. Kakinya menjepit pinggangku dengan kuat. Aku merasakan veggynya berkedut dengan kuat dan membanjiri kontolku. Kedutan veggy Rani itu membuat kontolku serasa diremas-remas dan benar-benar membuatku tak mampu menahan muntahan di kontolku. Akhirnya kontolku memuncratkan isinya bersamaan dengan remasan veggy Rani terhadap kontolku. Kontolku yang sedang menumpahkan isinya itu ditambah dengan kedutan kuat veggy Rani yang menjepitnya menjadi nikmat ganda yang baru pertama kali aku alami dalam hidupku. Nikmatnya bukan alang kepalang. Rasanya aku dilempar ke sebuah tempat yang dalam tak bertepi. Pandangan mataku gelap dan tiap kali deraan kenikmatan itu datang rasanya aku seperti melihat titik cahaya dalam kegelapan itu. Benar-benar sebuah kenikmatan yang luar biasa. Rangkaian kenikmatan demi kenikmatan yang melanda diriku yang diakhiri dengan muncratnya spermaku di dalam veggy Rani menyempurnakan hilangnya keperjakaanku malam itu. Akhirnya aku ambruk dalam pelukan Rani. Aku mencium bibirnya dengan mesra dan sayang. “Makasih mba”, ungkapku jujur padanya. Dia hanya tersenyum dan balas menciumku. Sebenarnya aku juga harus berterimakasih pada Kamil yang telah mengatur semua ini. Tapi dia telah tertidur disamping kami dan sudah tidak perduli lagi pada aktivitas kita. Aku mencabut kontolku dan menggelosoh turun dari tubuh Rani. Spermaku tumpah keluar dari dalam veggynya dan lumayan banyak mengalir melalui rekahan pantatnya. Aku berbaring disampingnya dengan tubuh lunglai. Jam telah menunjukkan pukul 12.30. Itu artinya sudah sejam lebih aku dikamar Kamil. Kami sama-sama terdiam dan Rani tak lama kemudian tertidur. Aku sendiri masih berbaring dalam keheningan mengingat-ngingat kembali malam yang luar biasa ini.
Meski ukuran ranjang Kamil cukup besar tapi tak urung terasa sempit
juga. Apalagi ventilasi di kamar Kamil tidak sebaik di kamarku karena
terletak ditengah antara kamarku dan kamar Rashid sehingga jumlah
jendela lebih sedikit dari kamarku. Untungnya udara malam Bandung
membuat kami tidak terlalu kegerahan. Maklum hanya ada kipas angin yang
menemani kami. Aku yang tidak bisa tidur akhirnya memutuskan untuk balik
ke kamarku. Sewaktu bangkit untuk mengenakan baju aku terangsang melihat
Rani yang tertidur dalam ketelanjangannya. Aku berpikir untuk mengajak
Rani ke kamarku. Siapa tahu saja aku bisa menyetubuhinya lagi. Aku tidak
jadi mengenakan bajuku dan dengan tetap bertelanjang aku bangunkan Rani.
“Mba….mba…mba”, kataku berusaha membangunkannya sambil
menjawil-jawil pipinya. Dia akhirnya terbangun.
“Dikamarku aja yu mba. “, kataku ketika dia terjaga. Dia menggeliat
sehingga membusungkan dadanya yang membuat nafsuku bangkit kembali.
Pelan-pelan penisku membesar kembali.
“Emang kenapa Ri? “, tanya Rani malas.
“Disini panas dibandingkan kamarku. Lagian mas Rashid sering ke kamar
ini. Dia kan akrab sama mas Kamil. Kalau ntar atau besok, mas Rashid
pulang terus ngetuk kamar ini, gimana?”, ujarku memberiku alasan. Alasan
yang tidak dibuat-buat dan memang masuk akal kok.
“Gitu ya, Ri?” ujar Rani setengah khawatir. Dia bangkit. “Ya udah deh ke
kamar kamu aja. Tapi aku jangan diapa-apain lagi ya”, pintanya.
“Iya yuk…”, jawabku sekenanya. Dalam hati aku tidak menjamin akan
memenuhi permintaannya. Untungnya dia tidak melihat penisku yang sudah
tegak karena aku menutupinya dengan kaos oblong dan celana pendekku yang
kupegang dengan tangan. Sepatu hak tinggi miliknya yang terletak di
dekat pintu pun diangkatnya.

Dia mengambil tasnya dan memungut bra, kaos oblong, dan celana dalam
miliknya yang tergeletak dilantai. Dia ingin mengenakannya.
“Duh…mba, gak usah. Disebelah aja biar cepet.”, kataku melarang.
“Kamu tuh kaya Kamil aja. Satu perguruan sih ya?”, jawabnya sambil
tersenyum. Aku agak bingung juga dengan kata-katanya.
“Ya udah deh yuk. Gak ada orang kan diluar?”, lanjutnya.
“Gak ada.”, jawabku sambil mengintip keluar. “Udah kan? Itu aja?
Jeansnya mana?”, tanyaku heran melihatnya memegangi semua baju dan
tasnya tapi tanpa jeansnya. Seingatku tadi dia datang ke rumah ini
mengenakan jeans. Lucu sekaligus merangsang deh melihat Rani dalam
keadaan seperti itu. Dia menggantung tasnya di bahu tapi bertelanjang
dan hanya memegangi baju-bajunya.
“Gak sempat dikeluarin dari kamar Rashid. Keburu ortu Rashid datang.
Tapi sama Kamil sudah diumpetin dalam dos pembungkus tape recordernya
punya Rashid yang ada dibawah tempat tidurnya. Duh…harus segera
diselamatkan tuh kalau enggak bisa kacau nanti.”, jawabnya.
“Oh iya…besok begitu Rashid pergi kita langsung keluarin tuh. Lagian
tanpa itu gak bisa pulang kan?”, jawabku. Aku mulai bisa menebak
bagaimana awalnya tadi hingga akhirnya Rani bisa kami setubuhi malam itu.

Aku pun membuka pintu dan setengah berlari ke kamarku disebelah yang
tidak terlalu jauh. Rani segera mengikutiku juga dengan setengah
berlari. Sampai di kamarku, dia melihat sekeliling dalam kamarku sambil
terlihat hendak mengenakan bajunya. Namun segera kucegah. Aku menarik
tubuhnya kearahku dan mendekapnya. “Ri…kamu mau ap…”, dia tidak bisa
menyelesaikan kata-katanya karena aku mencium bibirnya erat. Awalnya dia
diam saja namun akhirnya membalas mesra ciumanku. Aku menarik lepas
baju-baju, tas dan sepatu yang dipegangnya. Kami pun berciuman
bertelanjang bulat sambil berpelukan erat. Rani pasti tahu bahwa aku
menginginkannya lagi dari kontolku yang sudah tegak dan menunjuk perutnya.

Aku kemudian mematikan lampu kamar agar kalaupun ada yang mengintip
tidak akan bisa melihat kegiatan kami. Itupun dengan tirai jendela yang
masih tertutup sehingga tak akan mungkin orang luar untuk melihat
keadaan di dalam. Kami hanya mengandalkan lampu luar lewat jendela atas
untuk penglihatan. Selesai berciuman, aku berjongkok menjilati veggynya
sambil tanganku meremas-remas payudaranya. Rani nampak sangat
menikmatinya. Dia berpegangan ke dinding kamar untuk menyangga tubuhnya
yang sedang kenikmatan. Akhirnya setelah sama-sama terangsang kami pun
mulai mengambil posisi untuk bercinta kembali. Rani aku minta menungging
di kursi kamarku dan wajahnya ke arah tirai jendela.

Singkat kata, kami pun bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Rani
berpegangan pada sandaran kursi ataupun pegangan tangan kursi. Sementara
pantatnya bergerak maju-mundur berlawanan arah dengan gerakan
maju-mundur kontolku dalam veggynya. Kadang diputar-putarnya membuat
kontolku terasa diremas-remas namun nikmatnya benar-benar menggetarkan.
Rani pun sangat menikmatinya terdengar dari suaranya yang terus saja
merintih-rintih nikmat. Selagi kami bercinta dalam posisi itu, tiba-tiba
kami mendengar gerbang belakang rumah di buka. Tidak lama gerbang itu
ditutup kembali dan terdengar langkah orang menaiki tangga. Tidak salah
lagi Rashid sudah pulang dan demi mendengar pacarnya pulang Rani
menghentikan gerakannya. Tubuhnya terasa tegang dan dia diam dalam
gelap. Aku yang sedang berada dalam kenikmatan tidak memperdulikannya
dan terus saja memompa veggy pacar Rashid tersebut.

“Ri…berhenti dulu dong, nanti kedengaran Rashid”, katanya berbisik.
“Enggak mungkin mba…asal kita gak bersuara, gak akan kedengaran”,
jawabku berbisik pula tanpa menghentikan gerakan maju-mundurku.

Aku mendengar suara Rashid duduk di kursi tempat aku dan Kamil mengobrol
tadi. Dia pasti mau melepas sepatunya sebelum masuk ke kamar. Itu
kebiasaan kami semua yang kost disini. Tiba-tiba timbul pikiran iseng
dan nekatku. Tirai yang menutup jendelaku aku tarik kesamping sehingga
kami bisa melihat apa yang dilakukan Rashid.

“Ari…ngapain kamu?”, Rani terpekik tertahan.
“Biar kelihatan mas Rashid lagi ngapain mba, jadi kita bisa jaga-jaga
kalau dia mendekat ke kamar ini, ” jawabku sekenanya untuk
menenangkannya. Untuk sementara aku menghentikan pompaan kontolku.
“Iya tapi …” ,Rani berusaha untuk protes namun segera aku bungkam
dengan mulutku. Kami pun berciuman mesra kembali.
“Kamu tuh ya, nekat dan nakal,” ujar Rani setelah aku melepaskan
ciumanku. Dari cahaya yang berasal dari luar jendela, aku melihat senyum
manis Rani diwajahnya yang cantik ketika dia mengatakan itu.
Tiba-tiba aku menghentakkan kembali kontolku ke dalam veggynya.
“Owww…uhhhh…kamu tuh….ah….”, reaksi Rani ketika aku melakukan
itu. Dia tidak berani merintih keras karena di depan kamar pacarnya
masih sedang duduk dikursi.
“Jangan dulu dong Ri, nanti …”, kata Rani sambil berusaha memegang
pinggangku.

Tapi aku tidak perduli. Aku pun terus saja memompanya. Rani sudah tidak
berdaya dalam situasi seperti itu. Malah akhirnya dia membalas
goyanganku dan menikmatinya kembali meski pacarnya masih ada di dekat
situ. Kami bercinta sambil mengamati kegiatan Rashid yang sedang membuka
sepatu dan jaketnya. Dalam jarak kurang dari 3 meter, Rashid tidak
menyadari bahwa Rani pacarnya sedang asyik memadu kenikmatan ragawi
sambil menikmati ****** lelaki lain yang masih merupakan sahabatnya.

Entah apa yang ada dalam pikiran Rashid karena setelah selesai membuka
sepatunya pun dia masih duduk-duduk di kursi itu. Dia seperti sedang
memandang ke arah kami. Tapi sebenarnya tidak demikian karena kursi yang
didudukinya memang mengarah ke kamarku.

“Dia kaya ngeliatin kita ya mba…”, kataku di sela-sela persetubuhan kami.
“I…yaa…”, jawab Rani cuek diantara desahannya.
“Kalau dia ternyata emang ngeliatin gimana?”, godaku.
“Udah…ah… rewel… ******* ya ******* aja..”, jawab Rani
berpura-pura kesal.

Sementara kami berdua sudah semakin mendekati puncak kenikmatan kami.
Gerakan maju-mundur pantatku semakin cepat sementara putaran pantat Rani
juga semakin intensif.

“Mba…aku… udah… ham….pirr…”
“Bareng Ri…bareng… aku…juga…hampir…”
Kami berpacu lebih hebat lagi membuat kursi kamar agak berderik. Kami
tidak perduli dengan bunyi itu dan dengan Rashid yang masih duduk di
depan kamarku. Dan akhirnya setelah tidak mampu menahan kenikmatan yang
terus mengumpul di ujung kontolku, dengan satu hentakan keras, aku
menumpahkan berliter-liter lahar panas di dalam liang kenikmatan Rani.
Aku menekan erat pantatku dan menanamkan kontolku sedalam-dalamnya di
tubuh Rani. Pada saat bersamaan, Rani menarik wajahku dan menciumku erat
sekali.

“Mmmmmmmmm……..”, dia memekik tertahan karena mulutnya tersumpal
mulutku. Dia juga sudah sangat dekat dengan orgasmenya. Badannya
bergetar menandakan gelombang orgasmenya mulai datang. Dia melepaskan
ciumannya sambil berteriak pelan “Aaaahh” dan menghentakkan pantatnya ke
belakang membuat veggynya menelan lebih jauh kontolku. Dia orgasme lagi.
Kami mencapai puncak secara hampir bersamaan. Badai kenikmatan yang luar
biasa kembali kami arungi.

Kalau tidak karena ada pacarnya di luar kamarku tentu Rani sudah kembali
memekik bebas karena orgasmenya tersebut. Namun dia hanya menahan
suaranya dan kemudian menggigit bantalan sandaran kursiku yang empuk.
Badan kami berdua bergetar oleh nikmatnya puncak persetubuhan kami.
Kontolku yang terus menerus berkedut sambil memuntahkan isinya sedang
dijepit oleh veggy Rani yang menghisap kuat kontolku. Untuk yang
kesekian kalinya aku merasakan kenikmatan seks yang luar biasa malam
itu. Jiwaku serasa dibawa terbang melayang karena kenikmatan yang
kualami itu.

Dan ketika akhirnya kenikmatan itu berakhir aku seolah dihempas kembali
ke bumi dalam keadaan letih namun sangat damai. Aku tidak menyadari
kapan Rashid masuk kamarnya tapi dia sudah tidak ada di depan kamarku.
Sementara itu Rani sudah tertunduk lemas di sandaran kursiku dan tidak
bersuara apapun lagi. Dia juga pasti telah sangat lelah setelah
berkali-kali orgasme malam ini dengan 2 orang pria.

Aku mencabut kontolku dan cairan spermaku tumpah keluar dari dalam
veggynya. Cukup banyak hingga mengalir di pahanya. Aku ambruk diatas
karpet sementara Rani masih dalam posisi menunggingnya dengan kepala
yang bersandar diatas sandaran kursiku. Tak lama diapun bangkit dan
pindah ke ranjangku. Dia berbaring di ranjangku tanpa berkata apa-apa
lagi. Aku yang masih terbaring lemas diatas karpet juga hanya terdiam.
Mungkin karena saking letihnya tidak begitu lama aku mendengar dengkuran
lembut cewek itu. Aku pun menyusul pindah ke atas ranjangku bergabung
dengannya. Sebelum tidur aku mencium lembut bibirnya dan berbisik pelan
“Makasih ya mba. Malam ini luar biasa banget”. Sepertinya dia masih
mendengarku karena dia berkata “mmm” sebagai respon kata-kataku. Akupun
berbaring disampingnya dan tak menunggu lama akupun ikut tertidur.

Paginya aku terbangun sekitar pukul 8. Begitu aku membuka mata, aku
melihat wajah cantiknya yang sangat alami yang masih tertidur
disampingku. Dengan rambut awut-awutannya malah semakin menambah
kecantikan alaminya. Posisiku sendiri sedang memeluknya. Aku merasakan
kontolku yang sudah terbangun kembali menempel ditubuhnya entah di
bagian mana dari tubuh Rani tapi mungkin dipahanya. Aku benar-benar
beruntung bisa mendapatkan cewek secantik dan seseksi ini. Apalagi
dengan permainan seksnya yang luar biasa benar-benar cewek yang ideal
sebagai pelepas keperjakaanku. Hehehehehe…

Aku tidak ingat kapan menutup tubuh kami tapi yang jelas tubuh kami
berdua tertutup selimut. Mungkin mba Rani yang melakukannya karena
biasanya suhu akan sangat dingin menjelang subuh. Aku membuka selimutku
dan bangkit menuju kamar mandi. Sempat tersingkap tubuh indahnya yang
membuat aku bernafsu untuk mengentotnya lagi, apalagi kontolku memang
sedang mengacung tegak. Tapi melihat keadaannya yang tertidur pulas dan
damai, aku jadi tidak tega. Aku pun meneruskan melangkah ke kamar mandi
lalu bersih-bersih disitu.

Cukup lama aku di kamar mandi dan setelah selesai akupun balik ke tempat
tidur lagi untuk bermalas-malasan. Siapa tau bisa mengentot Rani lagi,
pikirku. Ternyata dia telah bangun tapi masih berbaring dibawah
selimutnya. Dia seperti sedang bengong memikirkan sesuatu tapi dia
tersenyum melihat kontolku yang sudah berdiri lagi.
“Pagi mba…”, kataku sambil mencium bibir mungilnya.
“Mba sekali lagi makasih ya buat malamnya yang luar biasa”, kataku kembali.
“Iya…..”, jawabnya tersenyum, “tapi ini kenapa nih?”, tanyanya
kemudian sambil menunjuk kontolku.
“Ooh…ini? Biasa deh kalo pagi dia suka duluan bangun. Apalagi kan dia
tau dia belum dapat jatah pagi”, jawabku sambil menggoda Rani.
“Huuuu….. maunya!”, jawab Rani sambil memonyongkan bibirnya.

Melihat itu aku segera menyergap bibirnya dan bergerak menindihnya. Aku
bermaksud untuk menyetubuhinya lagi tapi segera ditahan oleh Rani.
“Ri..ri…ntar dulu Ri, ambilin jeansku dulu dong di tempat Rashid.”,
katanya. “Aku musti segera pulang takutnya dia ke tempat kostku nanti.”,
lanjutnya kemudian. Akupun mengurungkan niatku dan ikut memikirkan
kata-kata Rani.

“Dia masih dikamarnya nggak ya?”, kataku setengah bertanya.
“Nah itu dia aku gak tau. Aku enggak denger suara apa-apa diluar juga
disebelah di kamarnya Kamil.”, jawab Rani kebingungan.
“Oke gini deh aku keluar dulu liat situasi. Kalau ada kesempatan aku
masuk ke kamar Rashid terus ambil jeans mba. Mba punya kuncinya kan?”
“Ada ditasku. Untung semalam sempat aku bawa keluar, kalau enggak wah
kacau..”.
Akupun bangkit dan mencari tasnya. Setelah aku temukan, aku mencari
kunci itu dan segera aku menemukan kunci kamar Rashid didalamnya.
“Oke mba aku keluar deh liat situasi tapi….”, aku sengaja menghentikan
kata-kataku.
“Tapi apa?”, kata Rani penasaran. Aku tidak menjawab tapi hanya
tersenyum menggodanya. Sepertinya dia sudah menangkap maksudku terlihat
dari tatapan matanya yang berpindah ke kontolku yang sedang mengacung tegak.
“Duuuhh… nanti aja dong”, katanya membujukku.
“Mba…gak enak kan mba kalau dilihat orang ada bagian yang
menggelembung.”, kataku memberi alasan sekenanya. “Ini dulu dong
dikecilin..”, kataku kemudian sambil menunjuk kontolku.
“Ih… kamu tuh!! Dasar perjaka!! Sini…”, ujar Rani berpura-pura
marah. Aku pun mendekatinya. Dia pun bangkit duduk sehingga selimutnya
terlepas dan memperlihatkan keindahan tubuhnya.
“Di oral aja ya. Aku masih cape dan veggyku agak perih nih dijeblosin
dua ****** semaleman…”, katanya lagi sambil memegang kontolku ketika
aku sudah berada di hadapannya.
“Ya udah gapapa.”, jawabku meski sebenarnya aku lebih suka jika kontolku
di masukkan ke dalam veggynya. “Tapi nanti kalau udah ketemu jeans mba,
aku mau ini ya?”, lanjutku sambil memegang veggynya.
“Iya gampang…”, katanya sambil mulai menghisap kontolku.

Diapun mulai mengoralku. Namun karena tidak senikmat veggy maka aku
sulit untuk ejakulasi. Rani yang sudah tidak sabaran akhirnya memintaku
memasukkan saja kontolku ke veggynya. Sebelumnya aku diminta membasahi
veggynya terlebih dahulu agar kontolku mudah masuknya. Akhirnya pagi itu
akupun ejakulasi kembali di dalam veggynya.

Singkat kata aku berhasil “menyelamatkan” jeans Rani dr kamar Rashid
dengan bantuan Kamil yang mengajaknya keluar. Rani pun bisa pulang ke
kost-annya dan Rashid sama sekali tidak mengetahui pengalaman hebat
pacarnya itu. Sebelum pulang Rani masih sempat menghadiahi aku dengan
sebuah persetubuhan yang indah di kamar mandi dalam kamarku. Orangtua
Rashid sendiri pulang keesokan malamnya setelah tanpa sengaja “membantu”
kami mendapatkan Rani.

Sampai lulus kuliah dan menjelang menikah pun Rani masih sering
“bermain” dengan aku dan Kamil. Kadang bertiga tapi lebih sering
berduaan saja. Capek kata Rani kalau harus meladeni kami berdua
sekaligus. Sewaktu belum lulus hampir semuanya dilakukan di kost-an
kami. Biasanya pada saat dia main ke tempat Rashid, kita memanfaatkan
waktu tersebut untuk mencuri-curi kesempatan ******* apalagi kalau
Rashid sedang tidak ada di kamarnya. Wah sudah kaya piala bergilir deh
dia. “Beli satu dapat tiga”, kalau kata Rani.

Di akhir semester itu sewaktu libur panjang, Rashid mendapatkan
kesempatan kerja praktek di Balongan sedang Kamil ikut acara kampus di
luar negeri. Rani bolak-balik ke kost-an Rashid untuk mengerjakan TA-nya
dan TA Rashid. Aku yang mustinya pulang liburan membatalkan rencana
tersebut dan memutuskan “menemani” Rani selama Rashid dan Kamil tidak
ada. Jadilah aku dan Rani menikmati “bulan madu” selama dua minggu di
kost-an. Kita entot-entotan tanpa henti selama 2 minggu tersebut kecuali
Sabtu sore dan Minggu ketika Rashid datang. Benar-benar pengalaman indah
dan erotis yang tak terlupakan.

Beberapa kali Rani hamil, entah oleh Rashid, Kamil, maupun aku, namun
Rashid selalu bisa menyelesaikan masalah itu dan dia tidak tahu kalau
bibit itu tidak selalu dari dia. Menurut pengakuan Rani padaku, lelaki
yang pernah berhubungan badan dengannya adalah pacarnya waktu tahun
kedua yaitu kakak kelasnya ( lelaki yang mendapatkan keperawanannya ),
kami bertiga, adik ibu kostnya, atasannya, pacar bulenya ( yang kemudian
menikahinya ) dan pernah dengan salah satu dosen di kampusnya. Dosen itu
tidak mau meluluskannya karena nilai ujiannya yang buruk namun akhirnya
meluluskannya setelah merasakan nikmatnya veggy Rani.

Rani sendiri akhirnya tidak jadi menikah dengan Rashid dan menikah
dengan seorang bule Australia. Kini dia tinggal disana dan terakhir
kabarnya mereka akhirnya punya anak 1 setelah lama menikah. Rashid
sendiri menikah dengan seorang cewek Jakarta yang dikenalkan oleh
tantenya. Sedang Kamil menikah dengan adik kelas Rani. Bagaimana dengan
aku? Hmmm… Penting gak sih untuk diberitahu?